Rabu, 22 Juli 2009

MEMAKNAI SAAT KEHIDUPAN YANG FANA

Kebenaran tentang kehidupan setelah kematian baru diwahyukan lengkap setelah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus dalam zaman Perjanjian Baru. Karenanya hikmat Salomo hanya menyentuh manusia pada saat hidup di dunia yang harus dimaknai sepenuhnya oleh siapa saja tanpa terkecuali. Sebab setelah mati, orang tak bisa berbuat apa pun untuk mengubah hidupnya ataupun hidup orang lain. Walau hidup ini pendek dan penuh ketidakpastian dan ketidakadilan, tetapi hidup tetap lebih baik daripada mati (Pengkhotbah 9:7-10):

  1. Belajar menikmati apa yang dikerjakan dan dihasilkannya, sebab hidup ini fana, masa depan tak pasti. Janganlah bekerja hanya demi bekerja atau menimbun harta. Jika kita bisa menikmati hidup, ini pun merupakan kasih karunia dan berkat Allah.
  2. Beajar seni hidup berkeluarga yang saling membahagiakan. Nikmati kebersamaan hidup dengan anggota keluarga yang merupakan pemberian Allah dalam kasih.
  3. Bekerjalah dengan sepenuh hati, sekuat tenaga seperti untuk Allah, dan lakukanlah dengan perspektif dan cara yang sesuai dengan firman Allah, tanpa terkecoh oleh tipu daya dosa (bandingkan Kolose 3:23). Sebab setelah mati, mau bekerja pun tidak bisa. Dan, bagaimana kita bekerja, apa yang kita kerjakan suatu saat akan diadili Allah (3:17).

Kecepatan, ketangkasan, kepandaian, kecerdikan tidak menjadi jaminan akan keberhasilan hidup. Keberhasilan hidup dipengaruhi oleh kesempatan dan kebenaran tentang kehadiran pada waktu dan di tempat yang tepat. Bagaimana kita bisa hadir sebagai orang yang tepat di tempat dan pada waktu yang tepat? Orang yang berhikmat karena mendekatkan diri kepada Allah diberi kasih karunia untuk mengetahui/ mendapatkannya.

Pernahkah Saudara, merasa bahwa hidup ini fana, serba tidak pasti, dan tidak adil? Lalu, untuk apa Saudara berjerih-lelah bekerja dan hidup benar> apa nasihat terpendam dari hikmat Salomo untuk Saudara hari ini?

LILY EFERIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar