Minggu, 06 September 2009

TAHAN MA!



Mazmur 4:5; 37:8


Saat sedang mengajar, ibu murid saya bingung karena telah menelpon suaminya sejak jam 10 pagi hingga jam 5 sore, namun tidak ada kabar dan tidak mengangkat telpon sama sekali. Suaminya memang pamit hendak ketemu seorang teman dan tidak mengangkat telpon sama sekali. Suaminya memang pamit hendak ketemu seorang teman dan janji pulang jam 1 untuk makan siang bersama. Ternyata ia tidak pulang. Ketika tepat jam 5 lewat 15 menit suaminya pulang, wanita ini melipat wajahnya dan diam tanpa kata.


“Sore, sayang. Maaf yah, tadi telponku ketinggalan di mobil saat aku ngantar temanku ke rumah sakit dengan mobil lain”. Ia sakit, ujar pria ini sambil mencium pipi istrinya. Wanita ini menepis ciuman suaminya dan menarik nafas panjang. Sepertinya amarahnya akan meledak dan ia mulai membuka suara. Tetapi sebelum ia mengeluarkan kata-kata dari mulutnya, anak-anak menjerit, “Tahan, Ma! Jangan marah, malu ama Tuhan dan sama guruku”.


Wanita, anak kecil saja bisa tahu malu di hadapan Tuhan dan orang lain. Ia tahu kapan harus menahan amarah. Ia tahu jika marah itu tidak perlu sabar dan berusaha mengerti. Kita bisa saja jengkel dengan orang yang ada di dekat kita, suami, rekan kerja, atau anak-anak kita. Saya juga pernah jengkel bukan main ketika suami saya pamit pergi jam 11 dan janji pulang jam 1. ternyata ia pulang jam 4.30 sore tanpa kabar dan tidak mengangkat telepon. Jujur saya sangat marah, tapi ketika ia menjelaskan bahwa ia ikut persekutuan doa, saya percaya, yah selesai. Mengapa saya tetap marah, meskipun dari jam 1 hingga jam 4 saya marah besar. Tetapi amarah memang hanya ada dalam dada orang bodoh, dan saya juga Anda bukan orang bodoh, bukan? (vlo)


SEPTEMBER 5 SABTU


“Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh”. (Pengkhotbah 7::9)


Doa:

Jauhkah hatiku dari amarah ya, Tuhan dan berikanlah aku hati yang sabar.


Bacaan Alkitab:

Yos 20-21, Yes 17-18, 1 Tim 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar