Selasa, 02 Juni 2009

Menjadi Kepala yang Benar

Banyak kepala keluarga yang mengeluh: “Saya sudah memberikan begitu banyak uang dan materi-materi terbaik untuk keluargaku, apa itu masih kurang?” Pertanyaannya adalah, mengapa hal-hal tersebut masih belum membuat Anda menjadi kepala keluarga yang benar?


Alkisah ada seorang yang sebut saja bernama Joni. Di dalam kehidupannya Joni boleh dibilang sukses. Kariernya gemilang sehingga dia menjadi salah satu direktur sebuah bank swasta nasional. Istrinya cantik dan dikaruniai 3 orang anak yang sehat dan cerdas.


Joni adalah seorang kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab dan taat beribadah. Semua kebutuhan istrinya dari uang bulanan keluarga, salon dan urusan kecantikan selalu dipenuhi. Setiap permintaan anak-anaknya baik itu kebutuhan sekolah, pakaian, sepatu, makanan dan mainan selalu digenapinya dengan terbaik. Bahkan anak-anaknya di sekolahkannya di sekolah swasta terbaik yang ada di negeri ini.


Tapi baru-baru ini Joni bertengkar hebat dengan istrinya. Joni kesal karena istrinya masih saja menganggapnya kurang bertanggung jawab. Meski semua kebutuhan materi sudah tercukupi, sang istri merasa Joni lebih mencintai pekerjaannya ketimbang keluarganya. Benar bahwa Joni tidak memiliki wanita idaman lain, tapi tanpa sadar Joni berselingkuh dengan pekerjaannya. Secara tidak sadar Joni justru lebih mencintai pekerjaannya ketimbang keluarganya.


Kok bisa? Bukankah Joni sudah memberikan semua yang terbaik untuk keluarganya. Dari luar benar terlihat bahwa memang Joni mencintai keluarganya, tapi fakta bahwa Joni hampir setiap hari membawa pulang pekerjaannya kerumah dan melanjutkannya di rumah sampai larut malam, dan hamper selalu menggunakan hari Sabtu dan hari Minggu untuk urusan kantornya menunjukan dengan jelas bahwa keluarga bukanlah prioritasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar