Tampilkan postingan dengan label santapan harian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label santapan harian. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 September 2009

MELUPAKAN KEBANGGAAN MASA LALU



Kristus adalah seorang teladan terbaik mengenai apa artinya mengosongkan diri itu, tetapi alkitab tidak hanya menyediakan Dia sebagai teladan. Rasul Paulus juga berbicara mengenai mengosongkan dirinya membuang segala sesuatu yang sekiranya dapat dia persembahkan bagi Tuhan, dan sebaliknya mengakui bahwa semua keberhasilannya, kefanatikannya, dan segala pengetahuannya di masa lalu hanyalah sampah saja jika dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan Kristus baginya.


Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada di dalam Dia bukan karena kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan akan Kristus yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia di dalam kematianNya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan diantara orang mati.


Bukan seolah-olah aku telah memperoleh ini atau aku telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah terjadi di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.


Karena itu, marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh. Filipi 3:7-16


Paulus mengatakan bahwa ia menganggap segala keberhasilannya di masa lalu hanyalah sampah, supaya ia dapat memperoleh Kristus. Dia mengatakan bahwa kedua hal itu benar-benar bertolak belakang. Setujukah Anda? Atau apakah Anda tetap pada pendirian Anda bahwa Anda dapat tetap mengejar penghargaan dari dunia dan Anda tetap dapat mengikut Kristus?


Apakah Paulus punya hak untuk tetap menjadi siapa dia sebelumnya? Memang, menurut ukuran dunia, tentu saja dia dapat tetap menjadi siapa dia sebelumnya. Nyatanya, sebelum dia melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sebagai sampah, Paulus sendiri menuliskan semua kualifikasi mengenai dirinya untuk melayani Tuhan. Lihatlah Filipi 3:4-6:


Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari ke delapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani Israel, tentang pendirian terhadap hukum Taurat, aku orang Farisi, tentang kegiatan, aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat, aku tidak bercacat.


Saya tidak tahu apa saja kualifikasi yang Anda miliki untuk melayani Tuhan, tetapi mungkin sangat berbeda dengan Paulus. Dapatkah Anda mengurutkan kembali sisilah keluarga Anda sampai kepada suku Benyamin? Apakah Anda telah dilatih untuk menjadi seorang Farisi? Apakah Anda seorang ahli di bidang hukum? Pernahkah Anda benar-benar dan tanpa cacat mematuhi hukum selama satu minggu penuh? Tetapi Paulus-seorang Ibrani yang paling sejati, yang terkemuka di antara para rasul, orang yang paling banyak menulis kitab dalam Perjanjian Baru-menganggap semuanya itu sebagai sampah. Dia benar-benar mengosongkan dirinya untuk dapat bergantung sepenuhnya pada Kristus.


Sejujurnya, dapatkah Anda menganggap segala kekuatan yang Anda miliki, segala keburuntungan Anda, dan segala keberhasilan Anda adalah sampah? Mungkin Anda dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang sangat baik seperti halnya suami saya. Mungkin dalam tubuh Anda mengalir darah biru (keturunan bangsawan). Mungkin Anda seorang yang sangat terkenal seumur hidup Anda seperti seorang ratu dan pemilik segala hal yang menjadi idola. Mungkin Anda benar-benar tahu cara-cara untuk memperoleh banyak teman dan cara-cara mempengaruhi orang lain. Mungkin Anda seorang murid teladan, dan bersekolah di sekolah unggulan dan kuliah di universitas ternama. Atau mungkin Anda seorang yang sangat cantik dan mempersona sehingga memungkinkan Anda untuk menikah dengan ‘baik’.


Mungkin saja adalah seorang wanita yang telah ditakdirkan untuk memiliki ‘segalanya’. Anda dapat memperoleh jabatan di kantor Anda dengan sangat mudah, membesarkan anak-anak yang manis-manis dan baik-baik, dan selalu menjaga keharmonisan keluarga Anda, sementara Anda tetap dapat melakukan olahraga lari pagi sejauh tiga mil sehari dan menjadi sukarelawan dalam setiap acara amal. Anda beruntung. Sekarang, inilah test yang terpenting: dapatkah Anda melupakan kesemuanya itu dan menyebutnya sebagai sampah?


Saya tidak memulai hidup saya dengan segala keberuntungan. Darah keturunan yang mengalir dalam tubuh saya, mungkin hanyalah Irish Wishkey. Bila saya perhatikan keluarga saya, “Kami berasal dari keturunan pencuri kuda, peminum bir, pemabuk dan pembuat kekacauan di bar. Inilah tradisi kebanggaan kami” tetapi, saya telah berusaha meraih keberhasilan di dalam satu dua hal (menurut ukuran dunia). Dan sejujurnya, saya tidak dapat menyebut segala yang saya raih itu sebagai sampah. Bila Anda juga berpikiran demikian, maka hanya ada satu alas an. Anda masih terlalu memikirkan diri sendiri. Anda belum benar-benar mengosongkan diri. Dan selama kita masih memikirkan diri kita sendiri, Kristus tidak memiliki ruang yang dikehendakiNya dalam hidup Anda. Dia tidak memiliki cukup ruang untuk dapat benar-benar mengubahkan Anda menjadi sebuah bejana yang dapat dipakaiNya.


Dapatkan Anda bangun pada pagi hari dan membuang segala kebanggan yang Anda miliki kemarin? Akankah keajaiban seperti itu Anda alami? Terus terang saya tidak pernah mengalami hal itu! Sebaliknya, proses mengosongkan diri termasuk juga melupakan segala kebanggaan di masa lalu adalah sebuah perjalanan panjang dalam hidup ini. Jadi, lakukanlah prose situ dari hari ke hari.


Donna Partow



BIARKAN SUNGAI MENGALIR



“Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah”. Ibrani 13:16


Laut Mati yang terletak di antara Israel dan Yordania, terkenal sebagai titik terendah dari permukaan bumi. Tempat itu juga merupakan tempat wisata yang menarik dan ramai dikunjungi karena spanya yang menyehatkan, di mana para pengunujung bisa mandi dengan air laut dan juga membeli kosmetik yang terbuat dari Lumpur Laut mati.


Pernahkah Anda merasa ingin tahu mengapa laut itu disebut lau mati? Tidak seperti telaga-telaga besar pada umumnya, laut mati tidak memiliki tempat buangan air. Sungai Yordan bermuara di laut mati, tetapi tidak ada yang mengalir keluar. Ia hanya menerima tetapi tidak ada yang diberinya keluar, maka laut itu mati.


Hal serupa terjadi pada manusia. Ketika kita menerima hadiah berupa berkat, pendidikan, nasib baik, uang atau sumber-sumber lainnya, kita mungkin berpikir membagi-bagikan pemberian-pemberian itu kepada orang lain dan meninggalkan sedikit bagi diri kita sendiri. Tetapi saat engkau tidak memberikan dirimu kepada orang lain, ada bagian darimu yang mati.


Karena Dr. David Livingstone. Pernah berkomentar.


Orang-orang yang membicarakan pengorbanan saya karena saya menghabiskan begitu banyak waktu saya di Afrika. Bisakah itu disebut sebagai pengorbanan kalau sebenarnya hanya mendapatkan pinjaman yang sangat besar dari Tuhan dan kita tidak akan pernah bisa membayarnya? Bisakah itu disebut pengorbanan kalau kegiatan itu hanya menyehatkan diri kita sendiri, menumbuhkan kesadaran untuk berbuat baik, menghasilkan ketenangan pikiran dan membuat nasib kita lebih baik? Itu sebenarnya bukan pengorbanan. Tetapi lebih merupakan kehormatan… oleh sebab itu kita tidak perlu membicarakannya, jika kita ingat akan pengorbanan besar Dia yang meninggalkan singgasana Bapa-Nya di langit dan menyerahkan diri-Nya untuk kita.


Semoga sungai Tuhan mengalir kepada semua orang yang kita jumpai dalam hidup kita.


Marla M. Patterson

Rabu, 26 Agustus 2009

SULITNYA MENGAMPUNI DIRI SENDIRI


Ada pertanyaan bahwa mengampuni diri sendiri itu lebih susah dari pada mengampuni orang lain, tetapi ternyata itu tergantung dari orangnya. Ada orang yang mudah mengampuni dirinya sendiri tapi susah mengampuni orang lain. Dan ada juga orang yang sulit mengampuni diri sendiri dan juga orang lain. Yang membedakan semuanya adalah cara pandang masing-masing orang.

Beberapa penyebab yang membuat seseorang merasa bersalah terhadap dirinya sendiri:

  1. Menganggap dirinya harus sempurna (perfeksionis), dirinya harus paling betul;
  2. Mempunyai tuntutsn yang besar pada diri sendiri, saya tidak boleh berbuat kesalahan, saya tidak boleh menyakiti orang lain. Jadi saat dia menyakiti orang lain, baik secara sengaja atau pun tidak, maka dia akan sulit untuk mengampuni diri sendiri.

Orang yang tidak bisa mengampuni diri sendiri ditandai dengan penuh kemarahan pada dirinya, selalu mempunyai pandangan yang negative dan merasa dia pantas untuk mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain; tidak menyenangi dirinya sehingga hidupnya awut-awutan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengampuni diri sendiri:

  1. Kalau Allah sudah mengampuni, maka dia harus belajar mengampuni diri sendiri;
  2. Merendahkan diri di hadapan Allah;
  3. Melihat bahwa apa yang telah terjadi itu sudah lewat, dia harus tahu apa yang dia perbuat itu sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi dan dia mau bertanggung jawab;
  4. Mengeluarkan segala macam kepedihan, rasa dukacita, dan rasa malu;
  5. Untuk orang yang perfeksionis, dia harus menyadari bahwa dirinya sendiri adalah manusia dan dia perlu merendahkan diri.

Dampak bila kita tidak mau mengampuni diri sendiri:

  1. Menjadi sakit-sakitan,
  2. Hidupnya tertekan,
  3. Mukanya kusut,
  4. Pemalas, dan
  5. Menghukum keluarganya.

Jika ada sesuatu yang mengingatkan dia akan kesalahannya, maka dia harus minta maaf kepada orang yang dia lukai dan berbuat apa yang dia bisa untuk mengganti rugi dan juga minta ampun kepada Tuhan.

Firman Tuhan, “Dan hokum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesame manusia seperti dirimu sendiri”. (Matius 22:39)

Jadi kita perlu mengaishi diri sendiri seperti kita juga mau mengampuni orang lain.

SEMAKIN GIAT MELAYANI


Hidup melayani Tuhan tanpa pengharapan dalam iman adalah hidup yang kurang bergairah. Dengan adanya pengharapan dalam iman ini, kita hidup dengan tujuan jelas yaitu pengharapan menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Seruan Petrus ini mengadopsi tradisi orang Yahudi. Orang Yahudi memiliki pemahaman bahwa kesudahan dari segala sesuatu diawali dengan periode penderitaan yang hebat, dan kesengsaraan yang tiada akhir. Oleh karena itu, Petrus menasihati jemaat untuk senantiasa tenang dan berdoa (1 Petrus 4:7). Petrus mendorong supaya jemaat tetap siap sedia menantikan kedatangan Tuhan kedua kali yang digambarkan “dekat” bukan berarti kita hanya tinggal menanti dan tidak melakuakan kegiatan apa pun baik pelayanan maupun pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, justru Petrus mendorong jemaat untu: Pertama, tetap memiliki kasih yang “bertumbuh” baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia (ayat 8). Kedua, memberikan tumpangan kepada orang lain dengan tidak bersungut-sungut (ayat 9). Kedua hal ini sulit dilakukan karena memberikan tumpangan kepada orang lain bukanlah suatu hal yang lazim pada saat itu.

Tumpangan hanya berlaku untuk sanak saudara saja. Demikian juga kasih secara manusiawi terbatas hanya pada orang dan dalam hubungan khusus. Namun, kasih Tuhan membuat jemaat menjadi satu keluarga sehingga bisa memberikan tumpangan kepada orang lain yang bukan saudara. Ketiga, agar jemaat saling melayani satu sama lain sesuai dengan karunia yan mereka miliki sehingga Tuhan dimuliakan (ayat 10-11).

Kesadaran atau pengharapan tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kali memang akan berdampak konkret pada kehidupan dan pelayanan kita. Kerinduan berjumpa Dia dalam keadaan layak mendorong kita mengusahakan yang terbaik dalam segala hal.

Renungkan: Menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali seharusnya membuat kita semakin giat melayani bukannya memudar.

SANTAPAN HARIAN

PAULUS, PENEMU RAHASIA BERSUKACITA DALAM SEGALA KEADAAN


Surat Filipi ditulis Paulus, ketika ia dipenjarakan pertama kali karena ia percaya dan memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus (ayat 12-13 bdk. Kisah Para Rasul 28: 16, 30-31). Keadaan ini bisa membuat Paulus cukup punya alasan untuk bersedih, kesal, jenuh, frustasi:

Secara fisik, ia terbelenggu, dikawal siang malam, tidak merdeka…..

Secara mental, sebagai orang yang memiliki visi, kerinduan besar, dan kebiasaan memberitakan Injil keselamatan kepada segala bangsa, ia kehilangan keleluasaan ruang gerak. Selama kira-kira 11 tahun (45-57), Paulus menjelajah hampir seluruh Asia kecil dan Eropa untuk memberitakan Injil. Kini ia “terkunci” di penjara Roma.

Secara emosi, ia bisa merasa tertekan melihat ada orang yang mengabarkan Injil dengan cara yang salah dan maksud tidak baik (1:15-17), dan pemimpin Kristen yang malah tak bisa bekerja sama dalam pelayanan pemberitaan Injil (4:2-3).

Tetapi herannya, pancaran hati dan emosi Paulus di sepanjang tulisannya bukanlah keluhan, kejenuhan, keputusasaan, kekecewaan (bandingkan surat lain yang juga ditulis Paulus di penjara – Efesus, Koloses). Justru, tulisannya penuh dengan harapan dan sukacita. Bagaimana bisa? Karena Paulus telah menemukan dan menghidupi beberapa rahasia hidup:

  1. Selalu bisa menemukan alas an untuk mengucap syukur (1:3,5,18).
  2. Mampu melihat “tangan Allah” dan kepentingan ilhai yang sedang bekerja (1:12-14,18).
  3. Tahu mengingat dan menghargai hal yang baik yang dilakukan orang lain (1:3-4,19).
  4. Jelas dengan tujuan hidupnya: hidup bagi Kristus dan kemulian-Nya. Mati bukanlah masalah, melainkan keuntungan (1:21).

Ternyata bukan cuma Palulus …. Dalam sejarah ada banyak orang yang menyakini rahasia hidup seperti Paulus di atas, yang juga hidup dalam sukacita dan pengharapan. Padahal mereka sedang sakit akut menahun, ada yang mengidap kanker dilanda krisis ekonomi, diintimidasi situasi politik … orang yang demikian bukannya hancur saat dilanda penderitaan namun bertahan dan bahkan bersinar di tengah kegelapan.. penasaran?

Lily Efferin

DI BALIK PENCIPTAAN LAGU: DIA BUKA JALAN – PENGHARAPAN HANYA ADA DI DALAM DIA

Lagu ini di ciptakan oleh don moen setelah tragedi yang dialami keluarganya. Di suatu larut malam Don Moen menerima telpon yang memberitakan berita menyedihkan bahwa adik iparnya telah kehilangan putra sulungnya dalam suatu kecelakaan mobil.

Craig dan Susan Phelps dan keempat anak mereka sedang melakukan perjalanan dari Texas ke Colorado saat mobil mereka ditabrak oleh truk peti kemas. Pada saat tabrakan terjadi semua anak mereka terlempar keluar dari mobil, hanya mereka berdua saja yang masih di dalam mobil.

Dengan susah payah mereka berdua mencari keempat anak mereka dan mengumpulkannya di suatu tempat. Keempat anak mereka mengalami luka parah, tapi sewaktu Craig (ia seorang dokter) mendapati Jeremy, anak itu telah meninggal karena patah leher, sehingga tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk menolongnya.

Sewaktu Don Moen menerima kabar tersebut beberapa jam kemudian ia berkata, “Saya merasa terguncang, tapi besok saya harus terbang ke kota lain untuk melakukan rekaman sesuai dengan jadwal yang telah diatur beberapa minggu sebelumnya. Sekalipun saya tahu mereka berduka, saya tak dapat bersama mereka sampai satu hari sebelum pemakaman.

Dalam penerbangan pagi itu Tuhan memberinya suatu inspirasi baginya satu lagu baru dengan syair sebagai berikut, “God will make a way where there seems to be no way. He works in ways we cannot see. He will make a way for me. (Dia buka jalan saat tiada jalan, dengan cara yang ajaib Dia buka jalanku”)

Dasar dari lagu ini adalah Yesaya 43:19, “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” Ya, aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara”.

Di kemdian hari Susan menulis, “Kami melihat kebenaran dari ayat tersebut”. Sewaktu teman-teman Jeremy mengetahui bahwa ia telah menerima Kristus sebelum ia meninggal, mereka mulai bertanya-tanya kepada orangtuanya masing-masing tentang suatu jaminan bahwa mereka dapat ke surga sewaktu mereka meninggal. Kecelakaan itu juga membawa berkat terselubung bagi Craig dan Susan, karena sejak peristiwa itu hubungan mereka dengan Tuhan semakin meningkat dan mereka masuk ke dalam pelayanan yang lebih lagi pada-Nya.

Susan juga menceritakan, “Di hari kecelakaan itu sewaktu saya keluar dari mobil untuk menolong anak saya, saya merasa bahwa putra sulung saya telah meninggal. Dan saya mempunyai pilihan untuk marah dan mengalami kepahitan atau secara total menerima semua rencana-Nya pada saya. Dan saya pun melihat buah dari semua pilihan saya itu, dan pilihan yang saya ambil, akan berulang secara terus menerus. Saya merasa bahwa kematian putra saya tak sia-sia, begitu saya mengetahui di kemudian hari begitu banyak jiwa yang dating pada Tuhan karena tragedy ini. Benar! Ia telah membuka jalan bagi kami sekeluarga”.

Segera setelah “God Will Make Away” masuk dapur rekaman, Don Moen menerima begitu banyak telpon, surat dan sharing yang menceritakan tentang tragedy yang mereka alami. Semua telpon dan surat yang masuk mempunyai tema yang sama bahwa Tuhan telah membawa mereka keluar dari situasi mereka yang tak ada harapan dengan memberi mereka kekuatan, iman dan harapan baru untuk menghadapi kehilangan yang mereka alami.

Kesaksian ini membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan akan membuka jalan bagi mereka yang menaruh harapan kepada-Nya, dan hal ini bukanlah suatu hal yang sia-sia.

Lirik lagu ini adalah sebagai berikut:

God will make a way

Where there seems to be no way

He works in ways we cannot see

He will make a way for me

He will be my guide

Hold me closely ti his side

With love and strength for each new day

He will make a way

He will make a way

By a roadway in the wilderness

He’ll lead me

And rivers in the desert will I see

Heaven and earth will fade

But His love will still remain

He will do something new today.

(Repeat first stanza)

Dia buka jalan, saat tiada jalan,

Dengan cara yang ajaib,

Dia buka jalan bagiku,

Dia menuntunku,

Dan memeluk diriku,

Dengan kasih dan kuasa-Nya,

Dia buka jalan, Dia buka jalan

Di belantara Dia tetap menuntunku

Sungai di gurun – aku temui

Langit bumi kan lenyap

Tapi firmanNya tetap

Saat ini … Dia buka jalan

(kembali ke bait pertama)

“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” Amsal 22:6

ALLAH ADALAH INJIL


Pernahkah Anda bertanya mengapa pengampunan Allah itu berharga? Atau bagaimana dengan hidup kekal? Pernahkah Anda bertanya mengapa seseorang ingin memiliki hidup kekal? Mengapa kita ingin hidup selamanya? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting karena mungkin saja Anda menginginkan pengampunan dan hidup kekal untuk alasan-alasan yang membuktikan bahwa Anda tidak memiliki keduanya.

Ambil contoh pengampunan, misalnya. Anda mungkin menginginkan pengampunan Allah karena Anda sangat tersiksa dengan perasaan-perasaan bersalah. Anda hanya menginginkan kelegaan. Jika Anda bisa percaya bahwa Ia mengampuni Anda, maka Anda akan mendapatkan sedikit kelegaan, tetapi belum tentu Anda mendapatkan keselamatan. Jika Anda hanya menginginkan pengampunan demi mendapatkan kelegaan emosional, Anda tidak akan mendapatkan pengampunan dari Allah. Ia tidak memberikan \nya kepada orang-orang yang menggunakannya hanya untuk mendapatkan berkat-berkatNya dan bukan diriNya.

Atau Anda mungkin ingin disembuhkan dari suatu penyakit atau mendapatkan satu pekerjaan yang baik atau mendapatkan teman hidup. Lalu Anda mendengar bahwa Allah bisa menolong Anda untuk mendapatkan semuanya ini, tetapi bahwa pertama-tama dosa-dosa Anda harus diampuni dulu. Seseorang menyuruh Anda untuk percaya bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa Anda, dan bahwa jika Anda mempercayai hal ini, dosa Anda akan diampuni. Jadi, Anda mempercayainya untuk menghilangkan rintangan-rintangan bagi kesehatan dan pekerjaan dan teman hidup. Apakah Injil itu memberikan keselamatan? Saya rasa tidak.

Dengan kata lain, penting untuk mengetahui apa yang Anda harapkan dari pengampunan. Penting untuk mengetahui mengapa Anda menginginkannya. Jika Anda menginginkan pengampunan hanya demi menikmati ciptaan, maka Sang Pencipta tidak dimuliakan dan Anda tidak diselamatkan. Pengampunan itu berharga karena satu alas an final: Pengampunan memampukan Anda untuk menikmati persekutuan dengan Allah. Jika Anda tidak menginginkan pengampunan karena alasan itu, Anda tidak akan mendapatkan sama sekali. Allah tidak ingin diperalat sebagai alat pembayaran untuk membeli berhala-hala.

Sama halnya, kita bertanya: mengapa kita menginginkan hidup kekal? Seseorang mungkin berkata: karena alternative lainnya adalah neraka dan neraka itu menyengsarakan. Yang lain mungkin berkata: orang-orang yang saya kasihi sudah pergi ke situ dan saya ingin berada bersama-sama mereka. Yang lainnya memimpikan seks atau makanan yang tidak ada habisnya. Atau keberuntungan-keberuntungan yang lebih baik. Dalam semua sasaran ini ada satu yang terlewatkan: Allah.

Motif yang menyelamatkanuntuk menginginkan hidup kekal diberikan dalam Yohanes 17:3: “Inillah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. Jika kita tidak menginginkan hidup kekal karena ingin mendapatkan sukacita di dalam Allah, maka kita tidak akan memiliki hidup kekal. Kita hanya sedang menbodohi diri kita dengan menganggap bahwa kita adalah orang-orang Kristen jika kita memperalat injiil Kristus yang mulia untuk mendapatkan apa yang kita cintai melebihi Kristus. “Kabar baik” itu tidak akan terbukti baik bagi siapapun yang tidak menjadikan Allah sebagai kebaikan tertinggi.

Beginilah Jonathan Edwards mengungkapkannya dalam sebuah khotbah kepada jemaatnya pada tahun 1731. bacalah khotbah ini perlaha-lahan dan biarkanlah khotbah itu membangkitkan kesadaran Anda terhadap kebaikan sejati dari pengampunan dan kehidupan.

Orang yang ditebus memfokuskan seluruh kebaikan objektifnya kepada Allah. Allah sendiri menjadi kebaikan terbesar yang mereka miliki dan nikmati melalui penebusan. Ia adalah kebaikan yang tertinggi dan rangkuman yang paling sempurna yang diperoleh dari pengorbanan Kristus. Allah adalah warisan orang-orang kudus; Ia adalah bagian (portion) untuk jiwa mereka. Allah adalah kekayaan dan harta mereka, makanan mereka, hidup nereka, tempat kediaman mereka, perhiasan dan mahkota mereka, dan kehormatan serta kemuliaan kekal mereka. Mereka tidak memiliki siapapun di surga selain Allah; Dia adalah kebaikan terbesar yang menyambut orang-orang yang ditebus ketika mereka mati, dan “sungai air kehidupan” yang mengalir, dan pohon kehidupan yang bertumbuh, “di tengah-tengah firdaus Allah”. Keistimewaan-keistimewaan dan keindahan mulia dari Allah akan menawan pikiran orang-orang kudus untuk selamanya, dan kasih Allah akan menjadi kegemaran mereka untuk selamanya. Orang yang ditebus tentunya akan menikmati hal-hal yang lain; mereka akan menikmati para malaikat, mereka akan menikmati satu sama lain: tetapi yang akan mereka nikmati di dalam diri para malaikat atau di dalam apapun juga , yang akan memberikan kesukaan dan kebahagiaan kepada mereka, adalah cerminan Allah yang akan terlihat di dalam semuanya itu.

Allah yang memuaskan secara sempurna, ampuni kami yang menjadikan pemberian-permberianMu yang baik sebagai pengganti diriMu. Kami begitu sering keliru menganggap potretnya sebagai pribadinya. Kenyangkanlah kami dengan Dirimu. Engkau telah berjanji di dalam Perjanjian yang Baru, “Mereka semua akan mengenal Aku, dari yang terkecil sampai yang terbesar”. Kiranya ini menjadi bagian kami sekarang-sebuah pengenalan, Ya Allah, yang sepenuhnya menghargai Pribadi yang kami kenal. Kiranya kami mengalami Injiil dalam segala kepenuhannya, yaitu bahwa Kristus disalibkan dan bangkit untuk orang-orang berdosa untuk membawa kami pulang kepadaMu… dalam namaNya kami berdoa. Amin.

John Piper

TIDAK PUNYA WAKTU


Apakah Anda mengasihi kehidupan? Jika ya, maka jangan memboroskan waktu, karena dari bahan itulah kehidupan dibuat. – Benjamin Franklin

Seorang teman berkata kepada Phillips Brooks, “Saya tidak memiliki waktu di dalam hidup saya untuk kekristenan. Seandainya saja waktu saya tidak penuh! Anda tidak tahu betapa kerasnya saya bekerja. Kapan saya bisa memiliki waktu bagi kekristenan jika pekerjaan saya sudah menyita seluruh waktu saya?”

Ucapan teman Phillips Brooks itu seperti sebuah mesin uap yang mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi sari makanan. Seperti laut yang mengatakan tidak ada tempat bagi air pasang. Seperti orang yang mengatakan tidak ada tempat bagi jiwa. Seperti kehidupan yang mengatakan tidak ada waktu bagi hidup. Semua itu bukan suatu tambahan bagi hidup. Manusia tidak dapat mengatakan bahwa dirinya begitu penuh sehingga tidak ada tempat bagi hidup itu sendiri. (Phillips Brooks, “Flowers of Tiwught”)

“Dan pergunakanlah waktu yang ada; karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:16).

PERAWAT, BUKAN PEMILIK


Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu (1 Taw. 29:14)

John Hauberg dan istrinya tinggal di sebuah rumah yang sangat indah di seattle. Interior maupun eksterior rumah itu sebagian besar terbuat dari kaca. Ratusan perkakas kaca menghiasi ruang-ruang yang penuh cahaya. Bahkan bak cuci, rak-rak buku, dan rak di atas perapian juga terbuat dari kaca. Anda mungkin mengira keluarga Hauberg selalu khawatir kalau-kalau ada barang yang pecah. Sebaliknya, mereka justru mengundang pada pengunjung untuk menjelajahi seluruh isi rumah dengan bebas.

John juga merupakan seorang peneliti seni kerajinan Amerika asli, tetapi ia telah menyumbangkan seluruh koleksinya kepada Museum Seni Seattle. Tujuannya bukanlah untuk menimbun, melainkan untuk berbagi. “Saya bukanlah pemilik, melainkan perawat”. Demikian katanya.

Pernyataan John Hauberg mengungkapkan sebuah prinsip alkitabiah yang mendasar yang berlaku untuk semua harta milik kita. Kita bukan pemilik melainkan perawat. Tentu saja secara hukum kita memang memiliki harta milik kita. Tetapi sebagai orang Kristiani, dengan sukacita kita mengaku bersama Daud bahwa “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1).

Sebagai pencipta, Allah adalah pemilik semua yang ada, termasuk apa yang kita miliki. Dia mengizinkan kita menggunakan sumber kekayaan dunia-Nya untuk sementara. Tetapi pada akhirnya semua akan kembali pada-Nya.

Apakah kita cukup bijaksana dan murah hati dalam menjadi perawat harta kekayaan Allah? – Vermon Grounds

SEMUA YANG KITA MILIKI ADALAH PINJAMAN DARI ALLAH

RENUNGAN HARIAN

JEAN-JACQUES ROUSSEAU


Jean-Jacques Rousseau (baca: siang siak ruso) sungguh terperanjat. Ibu yang membuka pintu ternyata begitu muda, cantik anggun. Semula ia mengira bahwa Madame de Warens adalah seorang nenek. Rousseau direkomendasikan oleh pendetanya untuk tinggal di rumah Madame de Warens, seorang janda bergelar bangsawan berusia 28 tahun. Rousseau sendiri adalah pemuda perantau berusia 16 tahun yang serba gagal.

Dengan hati dag-dig-dug Rousseau memasuki babak hidupnya di rumah ibu bangsawan ini. Ia belum tahu bahwa selama belasan tahun kemudian ternyata Madame de Warens ini bukan akan menjadi pendidiknya, melainkan juga kekasihnya.

Jalan hidup Rousseau memang aneh. Tidak ada yang menyangka bahwa pemuda penyendiri ini kelak menjadi filsuf pendidikan Agama Kristen (termasuk juga ilmu pendidikan umum) dan filsuf poltik yang teorinya diakui di seluruh dunia sepanjang sejarah.

Rousseuau lahir pada tahun 1712 di jenewa. Seminggu kemudian ibunya meniggal dunia. Nyawa Rousseau ditolong oleh tantenya. Akibat kematian ini rousseau ditolong oleh tantenya. Akibat kematian ini Rousseau sering dihantui rasa bersalah dan kecenderungan ingin mati. Ia menulis: “Seharusnya aku dibiarkan mati. Tante melakukan kesalahan besar. Tetapi, aku mengampuni Tante. Sekarang aku malah merasa sedih, sebab aku ingin berterima kasih kepada Tante, namun tidak mampu”.

Mungkin karena kehausan cinta masa kecil, Rousseau mempunyai kebutuhan cinta dari Madame de Warens. Dalam pelukan Madame de Warens. Dalam pelukan Madame de Warens, ia membayangkan kehangatan cinta ibunya. Rousseau merasa nikmat tetapi juga bingung. Ia menulis. “Aku mengagumi dia sehingga aku sluit berahi akan dia. Pihak dia pun menyayangi aku dengan begitu tulus”. Berbahagialah perasaan itu dan perbedaan usia dua belas tahun menyebabkan mereka tetap menyapa “Mama” dan “Nak” satu sama lain, walaupun mereka hidup bersama seperti suami dan istri.

Kemudian pada usia 30 tahun lebih, Rousseau kembali menjadi pengembara miskin. Kelak ia menikah dengan Therese, seorang pembantu berusia 20 tahun. Therese inilah yang selanjutnya mendampingi Rousseau sepanjang jalan hidupnya yang serba miskin.

Rousseau mulai dikenal sebagai pemikir ketika pada usia 38 tahun karangannya terpilih sebagai yang terbaik di seluruh perancis. Ia menulis puluhan buku yang cepat menyebar di Eropa dan Amerika. Yang paling mengejutkan zamannya adalah buku yang ditulisnya ketika ia berusaha 50 tahun. Buku itu berbentuk novel dengan judul Emile. Di sini tampak kecakapan Rousseau, yaitu membungkus prinsip-prinsip ilmu teologi/ pedagogi dan ilmu politik dalam bentuk cerita.

Ada dua dalil utama yang terkandung dalam semua buku Rousseau. Pertama: tiap orang dilahirkan setara atau egaliter. Tiap orang “diingatkan dan diindahkan” Tuhan (lih. Mzm 8:%). Masyarakatlah yang merusak persamaan ini sehingga akibatnya ada orang yang kebal hukum padahal orang lain harus tunduk pada hukum. Sebab itu, masyarakat perlu diubah menjadi demokratis. Dalam demokrasi tidak ada pembedaan atau diskriminasi apa pun. Tiap orang adalah citoyen( =warganegara). Dua tahun sebelum Rousseau wafat, prinsip egaliter ini dikutip Deklarasi Kemerdekaan Amerika 4 Juli 1776 berbunyi: “We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal…” lalu pada tahun 1789, sebelas tahun sesudah ia wafat, prinsip ini dipakai sebagai moto Revolusi Perancis: Liberte, Egalite Fraternite! Kalimat dari buku Rousseau juga dikutip dalam deklarasi Hak Asasi Manusia dalam kaitan dengan Revolusi Perancis, yang berbunyi: “… that all men, born equal in the eyes of the law and in opportunity, have rights to liberty, property, security…”

Dalil kedua: tiap orang dilahirkan baik, yaitu “mencerminkan kemuliaan Tuhan” (2 Kor 3:18). Masyarakat (=keluarga, sekolah, gereja, pemerintah dsb). Membuat orang menjadi serakah, dengki, curang dan sebagainya. Sebab itu, masyarakat perlu belajar mendidik.

Tentang kecakapan medidik, Rousseau menulis banyak prinsip yang untuk zaman itu merupakan pandangan yang baru. Contoh: Anak jangan diliindungi dari nyeri dan kecelakaan sejauh itu tidak berbahaya. Sungguh keliru mengabulkan semua permintaan anak. Tolok ukur pendidikan bukan kematangan orang dewasa, melainkan kemampuan anak itu sendiri. Pendidikan diperhitungkan menurut golongan usia. Pendidikan dimulai dengan benda/ contoh yang konkret, bukan dengan gagasan abstrak. Belajar terjadi dengan mengalami. Apa yang bisa ditemukan murid, jangan diterangkan oleh guru. Bersaing bukanlah dengan orang lain, melainkan dengan diri sendiri. Pendidikan hati nurani terjadi melalui simpati pada kelemahan dan penderitaan orang lain.

Khusus tentang pendidikan agama Rousseau menulis prinsip-prinsip sebagai berikut: Konsep yang terlanjur keliru ditanamkan pada anak (mis. Bahwa Tuhan suka menghukum) akan terus melekat sampai usia dewasa. Pelajaran agama yang berisi doktrin akan membuat anak membeo dan kelak membuat ia fanatic. Yang perlu adalah pendidikan religius yang menumbuhkan rasa kagum kepada Tuhan dengan cara mengagumi sekuntum bunga atau seekor kupu-kupu ciptaan Tuhan. Itulah awal yang benar untuk percaya kepada Tuhan. Kalau tidak mampu mendidik agama dengan prinsip yang benar, lebih baik pendidikan agama dihapuskan sampai anak itu sudah bisa berpikir sendiri pada usia sekitar 15 tahun.

Bagi Rousseau, percaya (begitu juga sangsi) adalah perasaan. Tiap kali ia membaca kitab-kitab injil, ia percaya bahwa Yesus adalah Tuhan namun ia sangsi membaca cerita-cerita tentang mujizat. Rousseau menulis: “Ada banyak hal yang tidak kumengerti. Allah hadir di mana-mana, juga dalam diriku. Tetapi setiap kali aku ingin mengetahui siapa Dia, aku tidak melihat apa-apa”.

Banyak tulisan Rousseau merupakan refleksi atas masa lampaunya. Ia mengenang bagaimana ayahnya memperlakukan dia bukan sebagai anak, melainkan sebagai pengganti almarhum istri. Sampai usia 7 tahun Rousseau siang dan malam dipeluki ayahnya sambil membaca buku bersama. Ia tidak boleh bermain dengan teman-teman sebayanya. Tetapi, Rousseau mensyukuri ayahnya. Ia menulis: “Perbuatan ayahku keliru. Tetapi kekeliruannya itu membuat aku sekarang menjadi pengarang yang mengilhami jutaan pembaca”.

Rousseau juga mengenang jasa Madame de Warens Berkat ilmu musik yang diajarkan Madame de Warens, Rousseau menjadi pelopor dan pencipta notasi lagu dengan not angka. “Tetapi, lebih dari itu”, tulisnya, “dalam cinta Madame de Warens, aku merasakan cinta Tuhan”.

Dengan rasa haru Rousseau mengenang anak-anaknya yang tidak dikenalnya. Rousseau dan Therese mendapat lima orang anak, namun tiap kali anak itu lahir Rousseau segera menyerahkan anak itu ke panti asuhan, sebab ia merasa tidak mampu mendidik. Ia menyesali perbuatannya itu.

Selain mengidap penyakit ginjal, kemiskinan juga membuat Rousseau terus menderita sampai akhir hayatnya. Uangnya selalu habis dipakai untuk mengedarkan buku-bukunya. Bersama-sama dengan therese yang terus merawatnya dengan lemah lembut, Rousseau mengembara dan tergantung pada kedermawanan beberapa kawannya. Ia menulis: “Semakin aku percaya, semakin aku jadi bingung; tetapi semakin aku bingung semakin aku mempercayakan diri pada Yesus, manusia biasa yang sungguh luar biasa… dalam hidup yang sekarang aku sudah banyak menderita, masakan dalam hidup yang berikut Tuhan akan menambah penderitaanku?”

ANDAR ISMAIL

Rabu, 22 Juli 2009

TERUSLAH MENGENAL YESUS

“..Petrus..berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia..” Matius 14:29-30

Anginnya bertiup dengan kencang dan gelombangnya membumbungtinggi tetapi Petrus tidak melihatnya pada mulanya. Dia tidak menghiraukannya sama sekali, dia hanya mengenal Tuhannya, melangkah keluar dari perahu karena mengenal dia lalu “berjalan di atas air”. Kemudian dia mulai memperhitungkan hal-hal yang ada di sekitarnya itu, dan mendadak tenggelamlah dia. Mengapa Tuhan tidak menyanggupkan dia untuk berjalan di atas ombak seperti di atasnya? Dia sebenarnya dapat, tetapi tidak ada yang dapat dilakukan jika Petrus tidak terus-menerus mengenali Tuhan Yesus.

Kita melangkah keluar dengan pengenalan akan Allah dalam beberapa hal, kemudian pertimbangan diri sendiri memasuki hidup kita lalu tenggelamlah kita. Jika Anda sungguh-sungguh mengenal Tuhan Anda, Anda tidak usah memusingkan diri mengenai cara dan tempat Dia merancang situasi Anda. Hal-hal yang mengitari Anda memang nyata, tetapi bila Anda menatapnya maka Anda akan segera kewalahan dan bahkan tak sanggup untuk mengenali Yesus. Kemudian datanglah teguran-Nya, “..mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:31). Biarkan situasi berkembang apa adanya, namun teruslah mengenal Yesus sambil tetap bergantung sepenuhnya kepada-Nya.

Jika untuk sejenak saja Anda memperdebatkan tentang kapan Allah telah berbicara, maka segalanya berakhir bagi Anda. Jangan sekali-kali berkata, “Aku ingin tahu apakah Dia sesungguhnya sudah berbicara kepadaku?” Bertindaklah tegas dan serahkan semuanya kepada-Nya. Anda tidak tahu kapan pun perwujudan-Nya tiba, tuk menyerahkan diri Anda dengan memasrahkan segala sesuatu kepada-Nya. Hanya melalui penyerahan diri Anda dan situasi Anda, maka Anda akan mengenal Dia. Anda akan mengenal suara-Nya lebih jelas jika Anda bersedia mempertaruhkan semua milik Anda.

OSWALD CHAMBERS

KEKUATAN YANG TIDAK KELIHATAN

“Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, dan melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”. Efesus 6:12

Kita dipanggil untuk melawan kekuatan yang tidak kelihatan. Kita memiliki otoritas atas iblis dan roh-roh jahat. Namun kita tidak mempunyai kuasa atas diri sesame kita atau kehendak hati mereka.

Beberapa tahun yang lalu, seorang teman pendeta dari Fort Worth mendampingi saya ke suatu kebaktian di California. Teman saya itu menderita penyakit diabetes, dan dia harus memeriksakan dirinya setiap hari untuk mengetahui berapa banyak kadar insulin yang dia perlukan untuk disuntikan hari itu.

Sementara kami dalam perjalanan menuju ke California, saya berkata kepadanya, “Kamu tidak perlu disuntik lagi selama kamu ikut mendampingi saya”. Ia menatap wajah saya seolah-olah tidak percaya, namun dalam jangka waktu hampir dua minggu ia ikut bersama-sama saya, ia tidak pernah menyuntikan insulin, sekalipun ia makan kue yang manis-manis. Dia mengatakan kepada saya bahwa tiga hari setelah pulang ke rumahnya barulah ia perlu insulin lagi.

Mengapa? Saya sudah menggunakan otoritas saya atas penyakit itu. Saya mempunyai kuasa atas kekuatan yang tidak kelihatan, tetapi saya tidak mempunyai kuasa atas kehendaknya. Selang dia bersama saya, sayalh yang menguasai kekuatan yang ta kelihatan itu, saya dapat mengaturnya. Saya coba meyakinkan dia bahwa dia pun dapat berbuat hal yang sama, tetapi dia tetap saja memikirkan kadar gulanya itu kembali, dan tentu saja penyakitnya itu kambuh lagi.

Pengakuan: saya mempunyai otoritas atas hal-hal yang tidak kelihatan dalam kawasan kehidupan saya. Dan saya ikat dan hentikan kekuatan gelap itu di dalam nama Yesus!

Kenneth E.Hagin

KAUDA

“Betapa mirpnya kisah pelayaran Paulus itu dengan perjalanan hidup kita! Tak selalu rata. Begitu banyak yang tak terduga.

Perjalanan hidup manusia adalah perjalanan meraih cita-cita. Bagi Paulus, cita-cita itu adalah Roma. Lalu Spanyol. Dan dari Spanyol ke seluruh dunia. Memberitakan Injil kemana-mana.

Tetapi, yang selalu terjadi tak pernah hidup ini sepenuhnya di bawah kendali kita. Sekian lama dan sekian kali, pelayaran ke Roma mesti tertunda-tunda. Idaman yang tak kunjung kesampaian. Impian yang tak segera menjadi kenyataan. Bukankah begitu sering kali garis kehidupan manusia? Tak pernah lurus. Tak selalu mulus.

Toh walau tak sama persis dengan rencana, akhirnya jadi juga Paulus ke Roma. Tapi kini sebagai tawanan. Ah, tapi itu tak mengapa. Pokoknya, semakin dekat dengan cita-cita. Betapapun caranya.

Alangkah leganya ketika sauh diangkat, dan kapal mulai bergerak pelan-pelan menuju Roma. Namun alangkah terkejutnya ketika “tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angina haluan”. Kisah Para Rasul 27:14

Baru saja kapal bergerak ke Roma, mendadak dating angin haluan. Baru saja matahari bersikap ramah, tiba-tiba. Awan hitam dating merambah.

Angina haluan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Karier baru saja menanjak, ah penyakit datang merampok. Segala sesuatu baru saja selesai dibenahi, aduh, tanpa diduga dating resesi. Dan macam-macamlagi.

Kapal tak lagi lurus menuju Roma. Tapi hanyut ke pulau kecil bernama Kauda.

Dalam keadaan seperti itu, para awak kapal segera mengambil tindakan yang tepat dan cepat. Pertama, melilit kapal mereka dengan tali. Kedua, menurunkan layer, dan membiarkan kapal terapung-apung. Ketiga, membuang muatan-muatan yang tak perlu.

O, Saudara, bila kapal kehidupan Anda pada suatu kali terpaksa terdampar ke Kauda tanpa Anda kehendaki, lakukanlah ketiga hal ini. Pertama, lilitlah ia erat-erat. Perkuat iman dan pengharapan Anda. Jangan biarkan kapal itu tak terkendali. Lalu hancur menghantam beting karang.

Kedua, turunkanlah layer Anda. Biarkanlah kapal Anda terapung-apung saja. Ada saat-saat tertentu, dimana Anda harus bertindak. Tapi ada pula saat-saat tertentu, di mana lebih baik Anda tidak bertindak apa-apa. Kadang-kadang hidup ini menuntut kita mundur selangkah, agar satu ketika dapat maju sepuluh langkah.

Seorang kapten kapal yang berpengalaman mengatakan, bahwa titik-pusat dari pusaran badai justru adalah titik yang paling tenang. Jadi, bila badai menyerang, janganlah nekad menerjangnya. Ikutilah pusarannya, sampai Anda tiba di titik pusatnya.

Ketiga, buanglah muatan Anda. O, saya tahu, betapa sulit dan berat yang mesti ANda lakukan ini. Tapi lebih baik kehilangan sesuatu daripada kehilangan segala sesuatu.

Betapa sering yang kita lakukan justru sebaliknya. Ketika badai menyerang tiba-tiba, maka, dalam keadaan panik, yang ingin kita selamatkan adalah muatan kita, bukan kapalnya. Padahal, untuk apa muatan itu selamat bila kapalnya hancur porak-poranda?

Bila ANda terdampar ke pulau Kauda, inilah saatnya untuk merenung dan menghitung. Apakah ada muatan yang tak terlalu perlu, yang justru akan memberati dan membahayakan seluruh kapal?

Mungkin itu adalah cita-cita yang terlalu tinggi. Mungkin sifat serakah yang mau memiliki semua yang ada di dunia ini. Mungkin tindakan-tindakan tercela yang memberati. Buanglahitu sebelum terlambat.

Inti dari ketiga tindakan itu adalah : jangan biarkan seluruh kapal karam dan tenggelam. Sekalipun untuk sementara Anda tidak bergerak kemana-mana. Sekalipun mungkin Anda terpaksa harus membuang apa-apa yang berharga. Itulah yang mesti Anda lakukan ketika terdampar ke Pulau Kauda.

Toh melakukan apa yang mesti dilakukan belum tentu menjamin bahwa badai akan mereda. Tentu saja tidak. Yang kadang-kadangterjadi justru adalah, “beberapa hari lamanya, baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angina badai yang dahsyat terus-menerus mengancam …. akhirnya putuslah segala harapan”. Kisah 27:20

Akhirnya putuslah segala harapan. Ya, sebab harus bagaimana lagi? Segala sesuatu yang dapat dikerjakan telah dikerjakan, tapi kegelapan tak mau hilang, dan badai terus mengancam.

Masih ada saut lagi yang mesti kita lakukan. Satu hal yang amat sangat pentingnya. Yaitu, tetap tenang. Tidak panik. “Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku”. Kisah 27:25

Bagaimana Paulus dapat tenang dan tabah dalam keadaan seperti itu? Ia menjawabnya, “karena aku percaya kepada Allah”. Bagaimana “percaya kepada Allah” dapat membuat kita tenang, sementara badai terus menyerang? Kata Paulus lagi, “bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku”.

Itulah isi kepercayaan Paulus. Bila Allah telah menyatakan sesuatu, bila Allah telah menjanjikan sesuatu, maka semuanya pasti terjadi”. Entah kapan, tapi pasti. Entah bagaimana, tapi tak perlu kita sangsi. Semuanya pasti terjadi.

Itulah “percaya” itu. “Percaya” berarti “mempercayakan diri”. Sepenuhnya.

EKA DARMAPUTERA

Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia…(Mazmur 37:7)

“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”. Efesus 4:32

GEMERLAP LAMPU SOROT

Apakah Anda terbiasa dengan perasaan tiba-tiba semua mata ditujukan kepada Anda? Ini bisa menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan berupa rasa malu dan menderita tekanan. Wajah Anda memerah dan berkeringat, denyut jantung Anda semakin cepat, lidah Anda menjadi tebal dan terasa kelu, dan rasa panic yang menyebabkan merinding tersebar ke seluruh tubuh. Itu adalah gemerlap lampu sorot, ujian perhatian yang menunggu semua pemimpin. Mereka entah belajar mengatasinya atau berkeringat habis-habisan.

Saya pernah mendapatkan pengalaman yang memberi penerangan batin seperti ini beberapa tahun yang lalu, ketika saya diminta menjadi pembawa acara tamu dalam obrolan pagi di stasiun televisi pasti berusaha keras mencari seseorang untuk mengisi lowongan ini. Saya setuju melakukannya hanya dengan penggantian pengeluaran saya, yang mungkin banyak berhubungan dengan terpilihnya diri saya.

Baiklah akan saya ceritakan sesuatu kepada Anda: kamera televisi mengubah orang. Setiap kamera punya lampu merah yang menyala ketika kamera “hidup”. Banyak hal aneh berkelebat ke dalam pikiran kita kalau kita melihat warna merah ini: inikah yang akan dikatakan oleh Bryant Gumbel? Atau apakah saya ingat memeriksa gigi saya kalau-kalau ada kotorannya? Atau mudah-mudahan tidak ada orang yang saya kenal yang menonton ini. Walaupun merasa tidak aman, saya berusaha melakukan pertunjukan yang baik.

Tunggu sebentar! Produser dating menghampiri saya pada waktu istirahat pertama dan mengucapkan beberapa kata sederhana yang memberi saya pelajaran besar. “Santai saja, Bill, jadilah saja diri Anda sendiri”, katanya. Saya tidak tahu apa yang dimaksudkannya, tapi saya segera mengetahuinya.

Tamu saya yang pertama adalah seorang penyanyi local yang baik sekali, yang mempromosikan CD-nya yang baru. Kami melakukan obrolan ringan sebelum bagiannya tiba, dan saya merasa nyaman sekali bagiannya tiba, dan saya merasa nyaman sekali bersamanya. Kemudian lampu merah menyala, menunjukan bahwa kami sudah kembali dari istirahat untuk penayangan iklan .

Alangkah terkejut saya, dia berubah seketika tepat di hadapan saya! Dia berhenti tertawa, mulai gelisah dan benar-benar menjadi orang yang berbeda. Dia menjawab pertanyaan saya dengan kata-kata yang telah dilatih dan kaku. Saya merasa kasihan kepadanya, sebab dirinya ketika lampu belum menyala jauh lebih menarik daripada orang yang kemudian muncul. Penonton televisi akhirnya tidak benar-benar mengenalnya.

Yesus kerap kali menahan pandangan banyak orang. Saya tidak berpikir bahwa dia sepenuhnya menikmati. Bayangkan, lima ribu orang berkumpul mengelilingi kita untuk mendengar kata-kata kita. “Santai saja dan jadilah diri Anda sendiri” mungkin merupakan hal yang paling jauh dari pikiran kita untuk kita lakukan. Yesus memberikan tanggapan dengan bersikap terbuka dan siap menghadapi kesalahan .jawabannya berasal dari pengalaman: bukan pengalaman dalam berpura-pura santai di hadapan seluruh dunia, melainkan pengalaman dalam berbagi kebenaran dari hati sanubari. Seperti yang bisa saya buktikan, melakukan hal itu tidak mudah, tetapi itu adalah tujuan yang mengharuskan kita memberikan komitmen.

Di suatu tempat dalam kehidupan kita ada sebuah lampu sorot, satu tempat yang panas, satu titik tekanan, lampu merah yang menunjukkan bahwa kita “sedang ada di udara”. Kalau panas dinyalakan, ambillah posisi dengan bersikap terbuka dan langsung. Kalau Anda mendapatkan diri Anda berada di tengah-tengah pekerjaan berakting, pahamilah bahwa menghadapinya membuat Anda dalam keadaan wajar. Sikap Anda yang paling kuat adalah jujur dan langsung, walaupun mungkin tidak terasa seperti itu. Latihlah.

WILLIAM BEAUSAY II

ADA TUHAN DI UJUNG JALAN

“Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” Mazmur 10:1

Mazamur 10 adalah kelanjutan pergumulan dari Mazmur 9 yang merupakan Mazmur liturgis. Pertanyaan yang selalu menjadi pergumulan orang-orang percaya adalah mengapa orang fasik tampak berjaya dan orang saleh justru tertindas? Rupanya kenyataan seperti itu sudah ada sejak dulu. Hal ini mengungkapkan kenyataan kontradiktif yang harus dihadapi oleh orang-orang benar. Mungkinkah kenyataan tersebut menunjukan betapa kuatnya “roh kejahatan” melawan “roh kebenaran”?

Peperangan antara kejahatan dan kebenaran merupakan peperangan abadi, dan biasanya orang mengharapkan pada akhirnya akan terjadi happy ending, dan sekaligus mereka dihibur oleh pengharapan itu. Hal seperti ini sering terdapat dalam karya sastra, puisi, nyanyian, mazmur, drama, sinetron atau film, bahkan juga dalam kehidupan beragama. Tetapi fakta yang disuguhkan didominasi oleh kenyataan yang berlawanan dengan pengharapan: kefasikan merajalela, dunia dalam rawa-paya, dan Tuhan seolah-olah menyembunyikan diri, seperti kata pemzmur! Lalu, bagaimanakah ia meninggalkan kebenaran dan mengikuti arus? Atau ia harus merasa frustrasi dan tersiksa oleh keluh-kesah dan kejengkelannya sendiri? Haruskah ia bersikap masa bodoh dan apatis?

Mazmur 10:2-11 memaparkan sikap dan perilaku orang fasik, yaitu tamak, suka menindas, melakukan tipu daya, menista Tuhan, merasa diri lebih berkuasa daripada Tuhan, meremehkan hokum Tuhan, dan mulutnya dipenuhi sumpah serapah. Sikap-sikap seperti ini tidak hanya dimiliki oleh kalangan orang yang tidak beragama, tetapi ternyata banyak pula orang yang mengaku bergama bersikap serupa. Kenyataan ini telah terjadi sejak dulu sampai sekarang, tidak hanya di Israel, tetapi juga dalam semua bangsa, termasuk bangsa Indonesia yang dengan pongah mengaku sebagai masyarakat yang religius. (Malukan?)

Sedangkan ayat 12-15 merupakan ratapan dan permohonan orang-orang benar (biasanya orang lemah dan tertindas) kepada Allah. Mereka berharap agar Allah melakukan keadilan-Nya, menghukum kefasikan, dan menolong orang-orang benar yang terhimpit. Dalam ketidakberdayaannya, orang-orang benar yang terjepit hanya dapat naik banding kepada Tuhan dan menaruh pengharapan kepada-Nya. Di sinilah doa dan penyerahan diri menjadi amat penting (sekalipun kita sering melupakannya). Tentu saja, penderitaan bukan satu-satunya alas an untuk berdoa.

Ayat 16-18 merupakan pernyataan keyakinan bahwa Allah pasti mendengar jeritan dan permohonan orang-orang benar, bahwa Dia akan menghukum kefasikan dan menegakkan keadilan-Nya. Allah adalah pelindung bagi mereka yang lemah dan terinjak. Di tengah keputusasaan senantiasa ada setitik harapan. Di tengah kebuntuan senantiasa ada lubang jarum untuk meloloskan diri. Di ujung lorong yang gelap, masih tampak setitik cahaya. Di sinilah iman kita diuji. Sanggupkah kita melewati tapak-tapak berbahaya untuk menggapai istirah abadi? Jangan berpaling, jangan menengok ke kiri dan ke kanan, tetapi tataplah ke depan, kea rah Tuhan sebab Dia menanti Anda di ujung perjalanan.

MENCARI KEHENDAK-NYA

Minggu, 07 Juni 2009

POLA MAKAN

Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya..

Lukas 11:3


Tak pelak lagi bahwa setiap mahluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. Stomach can’t wait atau perut tak kuasa menahan lapar, sehingga ada kalanya manusia berbuat nekad kalau sedang lapar. Ada sebuah cerita demikian: Rakyat kalangan bawah selalu bertanya: “makan apa hari ini?” Golongan menengah ke atas lain lagi pertanyaannya: “Di mana kita makan hari ini?” Sedangkan pertanyaan bagi para konglomerat atau para politikus mungkin: “Siapa yang kita makan hari ini?”


Ada dua hal tentang “makan” yang dapat menjelaskan filosofi hidup kita. Pertama: Apakah hidup untuk makan atau makan untuk hidup? Dan yang kedua: Apakah makan untuk kenyang atau makan agar tidak lapar? Bagaimana jawaban Anda? Kalau kita mau merenungkan dengan baik firman-Nya dalam Lukas 11:3, Tuhan Yesus mengajarkan kita berdoa untuk memohon makanan yang secukupnya. Makanlah untuk hidup dan janganlah jadikan hidup kita untuk makan, demikian juga makanlah agar tidak lapar dan bukan untuk menjadi sekenyang-kenyangnya, yang tidak saja menunjukan keserakahan, tetapi juga tidak baik untuk kesehatan kita.


Sangat ironis bahwa banyak orang menderita bhkan ada yang mati kelaparan di Negara-negara berkembang terutama di benua Afrika; tetapi di Negara-negara maju yang karena kemakmurannya, rakyatnya banyak yang menghadapi masalah obesitas atau kelebihan berat badan. Seperti kita ketahui bahwa mereka yang mempunyai berat badan berlebihan akan mudah terserang berbagai penyakit seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes, dan sebagainya yang mengakibatkan kematian.


Hidup kita memang perlu keseimbangan dan firman-Nya mengingatkan kita demikian, “Maka hendalkah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kamu, supaya ada keseimbangan” (11 Kor 8:14). Janganlah kita sekali-kali menerima berkat hanya untuk diri sendiri. Alangkah baiknya bila kita juga mneyalurkan atau membagikannya kepada orang lain yang membutuhkan. Hati-hatilah, berkat-Nya yang kita tahan hanya untuk diri kita sendiri akan menyebabkan “obesitas” jasmani dan rohani. Marilah kita jaga dengan baik kesehatan jasmani dan rohani kita! Ada ungkapan: Life is something. Life without health is nothing – hidup adalah sesuatu yang berharga, namun tanpa kesehatan ia tidak bermakna sama sekali dan you are what you eat. Diri Anda ditentukan oleh apa yang anda makan.


NICK D.ADAM

CINTA AKAN UANG

Uang menjadi daya tarik yang berbahaya bagi semua orang percaya, demikian Paulus mengingatkan. Uang itu sendiri pada dasarnya tidak jahat; semua orang membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Namun, sama dengan cinta terhadap makanan, cinta terhadap uang bisa menjadi tidak terkendali. Daya tarik yang bisa dimiliki uang bisa mengubah seseorang dari mencari Allah menjadi mencari apa yang tampaknya menarik di permukaan, tapi sebenarnya tidak memiliki nilai yang nyata dan yang mampu bertahan selamanya. Iblis menggunakan uang untuk menarik kita jauh dari Allah dan untuk memenuhi pikiran, waktu, dan energi kita dengan hal-hal yang tidak penting bagi kerajaan Allah.


Yesus sering berbicara tentang uang, serta mengingatkan bahwa “sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 19:23) dan “ kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (matius 6:24). Karena Yesus lebih peduli terhadap hati manusia daripada terhadap besarnya rekening banknya, Yesus tahu bahwa uang punya daya untuk mencuri cinta yang seharusnya adalah milik Allah. Uang juga mampu membuat bangkrut jiwa manusia, menjanjikan membuat orang merasa aman dan dihormati, padahal pada akhirnya meninggalkan kekosongan jiwa. Tidak peduli berapa banyak atau uberapa sedikit uang yang dipunyai seseorang., Allah tetap peduli terhadap hati orang itu. Hanya hati yang terpusat kepada Allah dan yang mengenal kemurahan dalam segala hal, dapat mengalami kepenuhan hubungan dengan-Nya.


“Hidupnya [orang] tidaklah bergantung kepada kekayaannya itu”, kata Yesus (Lukas 12:15). Kata-kata Yesus, dan juga kata-kata paulus, memberikan pencerahan yang penuh kasih kalau kita sebagai orang-orang percaya mau menerimanya dalam hati kita. Apa yang kita miliki tidak ada hubungannya dengan siapa kita sebenarnya. Salomo, orang paling berhikmat di sepanjang masa (dan juga salah satu yang paling kaya), mengatakan, “Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang mneghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain daripada melihatnya?” (Pengkhotbah 5:10). Tuhan sudah menyatakannya dengan jelas: Uang tidak mampu memberikan kepada kita apa yang sbebenarnnya kita butuhkan. Hanya Dia yang dapat melakukannya.


Kapan Anda pernah tergoda untuk membiarkan uang menarik perhatian Anda?

BUAH LABU DAN KENARI

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang pernah harapan.”

Yeremia 29:11


Karena lelahnya seorang petani duduk di bawah pohon kenari sambil mengebaskan topinya untuk menghilangkan rasa panas karena seharian bekerja di bawah terik matahari. Secara bergantian ia memandang tanaman labunya dan pohon kenarinya yang sedang berbuah lebat. Petani itu mulai berpikir, Allah kurang perhitungan dan tidak adil? Buah labu itu besar, tetapi ia justru menaruhnya pada tanaman merambat yang berbatang kecil sehingga dengan susah payah batang itu menahan buahnya. Sebaliknya kenari ini mempunyai pohon dan cabang yang besar tapi buahnya kecil saja. Senadainya saya yang menciptakannya saya akan berbuat sebaliknya agar lebih sesuai.


Sementara petani itu menyandarkan tubuhnya pada pohon kenari tiba-tiba sebuah buah kenari jatuh di atas kepalanya. Ia memungut kenari itu. Akhirnya ia berdiri dan berkata Allah memang Allah memang luar biasa dan bijaksana. Ia adil dan pengasih. Seandainya buah kenari ini sebesar labu saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kepala saya.


Seringkali kita juga berlaku seperti petani di atas. Kita mengatkan Allah tidak adil karena sudah membuat kita seperti sekarang ini. Dan dengan keadaan seperti sekarang memang tidak ada sesuatupun yang bisa kita lakukan. Tetapi perhatikanlah sebagaimana Allah menciptakan berbagai macam tumbuhan dengan berbagai bentuk dan manfaatnya, demikianlah Allah menciptakan kita dengan beragam kemampuan dan karunia. Allah menciptakan kita masing-masing secara khusus agar kita dapat berbuah bagi yang lain.


Banyak orang menyangka ia sudah berbuat banyak tetapi jika ia tidak menjadi berkat bagi orang lain sebenarnya ia bukan berbuah tapi bengkak..Bengkak artinya ia berbuah bagi dirinya sendiri alias menumpuk berkat bagi dirinya sendiri.


Dan juga jangan pernah anda berkata bahwa Allah tidak adil karena anda tidak sekaya orang lain atau tidak secantik, semampu dan sepintar mereka. Bagi Allah yang lebih penting bukan secara jasmaniah tetapi apakah hidup kita dapat berbuah banyak atau tidak. Ingatlah bagi Allah hanya ada 2 macam orang: yang berbuah dan tidak berbuah. Jangan menjadikan kondisi atau kekurangan suatu alasan bagi kita untuk tidak berbuah bagi Allah, orang lain dan diri kita sendiri. Sekalipun Yesus berlatar belakang sebgai seorang tukang kayu, keadaan ini tidak menghalangiNya untuk menggenapi kehendak Allah di dalam kehidupanNya dan Ia sudah membuktikan bahwa Ia berguan bagi Kerajaan Allah. Dengan menjadi berkat bagi orang lain berarti kita telah memenuhi maksud Allah ketika Ia membentuk kita.


NN

Selasa, 02 Juni 2009

WALAU TUA TETAP SEMANGAT

Apa benar orang yang sudah tua bisa ditinggalkan Tuhan? Apakah Tuhan melupakan kita saat rambut memutih? Mazmur 71 memuat pergumulan pemazmur sebagai orang yang sudah tua. Dulu pemzmur pernah mengalami masa muda yang penuh sukacita karena Tuhan sendiri menopang kehidupannya (ayat 5-6). Masa muda pemazmur ini, menjadi kesaksian bagi banyak orang tentang perbuatan ajaib tangan Tuhan yang memliharanya (ayat 7-8). Kini pemazmur merasakan kekuatan fisiknya menurun dan memudar sehingga rasa percaya diri pun luntur. Hal ini berbeda saat tubuh masih sehat, tenaga besar, tiada rintangan fisik, mental maupun hambatan para musuh yang dapat menghalangi gerak pemazmur.


Beragam perubahan ini menghantarkan pemazmur pada puncak keraguan yakni jangan-jangan Tuhan pun sudah meninggalkan dia (ayat 9). Apalagi tekanan para musuhnya bertambah sehingga perasaaan ditinggalkan Tuhan makin kuat (ayat 10-11). Dalam kemunduruan fisik dan tekanan masalah, iman menatap ke luar kondisi diri yaitu kepada Yahweh, Allah Israel yang setia. Kerinduan pemazmur adalah ia tetap boleh melayani Tuhan pada masa tuanya. Pemazmur bangkit dalam sikap semakin rindu menyaksikan berbagai perbuatan Tuhan (ayat 12-16). Pengalaman masa muda bersama Tuhan mendukung keyakinannya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya. Pengalaman penyertaan Tuhan pada masa lampau itu menjadi pegangan bagi pemazmur dan memantapkan tekadnya untuk tetap melayani Tuhan di usia senja (ayat 17-18;21-24).


Jangan kaitkan kemunduruan fisik dengan perubahan kasih setia dan pemeliharaan Tuhan. Ia tidak pernah berubah. Tuhan tidak bosan memakai kita untuk melayani-Nya. Oleh karena itu, jadikan masa tua kita sebagai contoh bagi orang di sekitar kita untuk melihat usia lansia bukan penghalang melayani Tuhan dengan setia dan benar.


Camkan: Fisik boleh menurun, tetapi semakin matang usia, semakin iman, pujian, dan semangat melayani Tuhan harus terus meningkat.


SANTAPAN HARIAN

UBAHLAH DUNIA

“Jhon, apakah kamu akan menghabiskan sisa hidupmu dengan menjual minuman atau ingin mendapatkan kesempatan untuk mengubah dunia?”


Itulah tantangan yang diungkapkan oleh Steve Jobs pada tahun 1983 kepada Jhon Sculley, presiden Pepsi-Cola pada waktu itu. Jobs sendiri adalah seorang jenius yang berdaya cipta luar biasa di balik perusahaan computer bermerek Apple. Ia tahu bahwa eksekutif pabrik minuman ringan itu dapat membantu perusahaan computer bermerk Apple itu unutk mendapatkan nama baik di dunia computer. Dan, ternyata Sculley menerima tantangan yang berani itu.


Yesus pun pernah mengajukan sebuah tantangan kepada tiga orang nelayan yang sedang menebarkan jala mereka. Ia memerintahkan, “Mari, ikutlah Aku” (Markus 1:17). Mereka pun lalu mengikuti Dia dan bersama beberapa orang lainnya mereka mengubah dunia. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus yang dijanjikan pun mulai bekerja melalui mereka, dan 3.000 orang diselamatkan. Akhirnya, para pengecam menuduh bahwa mereka telah “mengacaukan” seluruh dunia.


Dunia kita sekarang ini benar-benar kacau, karena manusia hidup dengan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan ajaran Tuhan kita. Ada dua pilihan untuk itu: kita dapat mengikuti arus filosofi dunia yang sia-sia atau menerima tantangan Yesus untuk membawa perubahan bagi dunia.


Biarlah hari ini kita melayani Allah dengan cara berdoa, memberi, dan bersaksi di lingkungan sekitar kita. Suatu hari kelak, Raja di atas segala raja akan datang kembali dan mengubah seluruh dunia.


Timotius Adi Tan


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara“. Roma 8:28-29