Surat Filipi ditulis Paulus, ketika ia dipenjarakan pertama kali karena ia percaya dan memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus (ayat 12-13 bdk. Kisah Para Rasul 28: 16, 30-31). Keadaan ini bisa membuat Paulus cukup punya alasan untuk bersedih, kesal, jenuh, frustasi:
Secara fisik, ia terbelenggu, dikawal siang malam, tidak merdeka…..
Secara mental, sebagai orang yang memiliki visi, kerinduan besar, dan kebiasaan memberitakan Injil keselamatan kepada segala bangsa, ia kehilangan keleluasaan ruang gerak. Selama kira-kira 11 tahun (45-57), Paulus menjelajah hampir seluruh
Secara emosi, ia bisa merasa tertekan melihat ada orang yang mengabarkan Injil dengan cara yang salah dan maksud tidak baik (1:15-17), dan pemimpin Kristen yang malah tak bisa bekerja sama dalam pelayanan pemberitaan Injil (4:2-3).
Tetapi herannya, pancaran hati dan emosi Paulus di sepanjang tulisannya bukanlah keluhan, kejenuhan, keputusasaan, kekecewaan (bandingkan
- Selalu bisa menemukan alas an untuk mengucap syukur (1:3,5,18).
- Mampu melihat “tangan Allah” dan kepentingan ilhai yang sedang bekerja (1:12-14,18).
- Tahu mengingat dan menghargai hal yang baik yang dilakukan orang lain (1:3-4,19).
- Jelas dengan tujuan hidupnya: hidup bagi Kristus dan kemulian-Nya. Mati bukanlah masalah, melainkan keuntungan (1:21).
Ternyata bukan cuma Palulus …. Dalam sejarah ada banyak orang yang menyakini rahasia hidup seperti Paulus di atas, yang juga hidup dalam sukacita dan pengharapan. Padahal mereka sedang sakit akut menahun, ada yang mengidap kanker dilanda krisis ekonomi, diintimidasi situasi politik … orang yang demikian bukannya hancur saat dilanda penderitaan namun bertahan dan bahkan bersinar di tengah kegelapan.. penasaran?
Lily Efferin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar