Selasa, 02 Juni 2009

Keindahan Sebuah Kebersamaan

PERTAMA, Kebersamaan itu menyenangkan.


Lihatlah tubuh kita yang merupakan sebuah kesatuan dan kebersamaan. Kelima jari kita kalau bersatu waktu makan kan luar biasa menyenangkannya. Kita dapat memegang makanan kesukaan kita dan menikmatinya dan menyenangkan. Waktu tangan kita memegang makanan, maka mulut gak usah diperintah untuk buka sebab ia sudah siap untuk menerima sodokan makanan dari tangan kita. Apa jadinya bila mulut sudah menganga, tetapi tiba-tiba tangan itu berbelok kearah lain? Mulut yang ada lidah dan gigi di dalamnya, telah siap untuk melumat apapun yang di sodorkan tangan kita. Lidah bekerja memindahkan makanan ke kanan atau kiri mulut kita waktu mengunyah dan kemudian memasukannya kedalam kerongkongan. Apakah yang akan terjadi bila makanan yang telah dikunyah tak dapat masuk kerongkongan karena lidahnya mogok? Selanjutnya tugas lambung dan perutlah untuk mencerna dan akhirnya tugas darahlah mendistribusikan makanan itu ke seluruh tubuh kita. Sehat dan badan kita kalau makanannya dan cara kerja tubuh kita benar.


Bukankah menyenangkan bila mata, tangan dan kaki kita rukun bekerja waktu kita sedang mengemudikan mobil? Coba bayangkan bila mata melihat ke kiri dan tangan membelokan kemudi ke kanan dan tiba-tiba kaki menginjak rem? Apa yang anda alami ketika ada di jalan tol dengan kecepatan tinggi? Kebersamaan dan kerukunan seluruh anggota tubuh kita membuat kita dapat menikmati makanan paling enak dan menikmati pemandangan paling indah. Kebersamaan itu menyenangkan. Lihat tentara atau polisi yang berbaris dalam upacara kenegaraan. Betapa indahnya kaki berseragam itu melangkah bersama dengan langkah tegap. Bagaimana kalau mata kita ‘cross’ atau juling? Orang akan bingung dan ngeri melihat bagian hitam bola mata kita masing-masing melihat kearah kiri dan kanan. Yang matanya ‘cross’ juga akan bingung karena penglihatannya jadi dobel atau ganda. Memang iya sih, lihat selembar uang seratus ribuan jadi dua, ha ha ha.


KEDUA, Kebersamaan itu Mendatangkan Berkat.


Ketika seorang Imam Besar atau seorang raja di lantik, maka di atas kepalanya akan dituangkan minyak urapan (kel. 29:7). Minyak yang dituangkan itu akan turun, sesuai hukum gravitasi atau gaya tarik bumi, ke bawah, ke janggut dan jubah. Seperti itulah dengan berkat yang datang, waktu ada kebersamaan dalam sebuah keluarga, maka berkat itu akan mengalir turun sebab Tuhan yang memberi perintah. Berkat itu juga di umpamakan dengan embun yang turun dari Gunung Hermon ke salah satu anak gunungnya Sion. Gunung Hermon itu ada di Utara Israel ke arah Libanon, tingginya kira-kira 3000 mt dan memanjang dari utara ke selatan sepanjang 25-30 km. Nama modern dari Hermon adalah Jebel eth-thilj, atau ‘mount of snow’ (gunung salju), selalu ada salju abadi disana. Gunung itu menjadi sumber banyak berkat bagi dataran rendah di bawahnya. Angin dingin menyegarkan dari atas berhembus ke bawah dan saljunya sering di bawa ke Damaskus dicampur dengan sejernih minuman ‘sharab’ akan meneduhkan teriknya musim panas di Syria. Demikian juga embun yang turun sepanjang malam begitu banyak mengandung air akan menyebabkan tanah menjadi basah dan subur. Embun yang berasal dari uap air yang naik di waktu siang akan menjadi embun dingin yang basah di malam hari. Memberikan kehidupan selamanya. Berkat kehidupan itu akan datang bila keluarga menjadi satu dan rukun. Kebersamaan dan kerukunan sebuah keluarga mempunyai gaya tarik (gravitasi) yang menyebabkan berkat itu turun seperti minyak urapan dan embun yang membasahi tanah gersang. Coba renungkan perjalanan hidup rumah tangga kita selama ini. Adakah hal-hal yang menyebabkan tertahannya berkat itu turun membasahi rumah tangga kita. Apakah rumah kita sudah menjadi ‘home sweet home’ atau tempat yang paling menyenangkan, bukan hanya sekedar bangunan (house) yang berlantai 7 dan menyebabkan kita pusing 7 keliling.


Saya bersyukur kepada Tuhan sebab 25 tahun perjalanan rumah tangga kami merupakan sebuah kebersamaan. Kami senang ada di rumah berdoa dan membaca renungan Firman Tuhan bersama. Kami senang menikmati acara tv bersama. Kami senang mampir di rumah makan siang atau malam. Kami senang pergi bersama untuk sebuah pelayanan. Bahkan kalau ditempatkan di hotelpun kami memilih berada dalam satu kamar besar bersama. Tidak ada yang lebih indah dan menyenangkan bagi kami selain selalu dalam kebersamaan, walaupun kami tidak bergelimang harta kekayaan. Yang di dalam hati kami itulah yang menentukan apa yang ada di kantong dan perut.


Kita sedang menghadapi masa-masa susah, ikutilah berita dunia melalui tv atau Koran. Bagaimana kita menghadapi semua itu. Dalam buku pertama yang saya tulis, FROM GROUND ZERO TO THE STAR: Bangkit Dari Keterpurukan Menuju Kemenangan, ada Benny WIdyapranata dalam renungan,ps. 12, yang telah mengalami mujizat kesembuhan setelah jatuh dan koma selama 1,5 bulan. Kisah itu mengajarkan kepada kita arti kebersamaan suami, isteri dan anak-anak dalam menghadapi masa-masa sulit. Tak inginkah anda diberkati untuk mencapai impian dan harapan? Bulan April ini kita merayakan sebuah perayaan yang penuh makna yaitu kematian (Jum’at Agung) dan kebangkitan (Easter atau dikenal dengan Paskah). Perjalanan hidup rohani kita jangan hanya sampai di ‘kematian’. Kematian Kristus adalah awal dari sebuah kehidupan dan kebangkitan. Dunia sedang runtuh dan berada di ‘ground zero’, tetapi keluarga orang percaya harus bangkit untuk sebuah kehidupan yang penuh kemenangan dan berkat bahkan kehidupan selamanya. SELAMAT PASKAH 2009. Tuhan memeberkati.


Pdt. Utju Terahadi, M.Div.


Penulis buku seri: FROM GROUND ZERO TO THE STAR, FROM GROUND ZERO IN HIS TIME, FROM GROUND ZERO THE VOICE OF HOPE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar