“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memenrintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Mazmur 133:1-3
Kelabunya Sebuah Kehidupan
Pada tahun 1993 sebuah buku biography yang ditulis oleh Dennis Byrd dan Michael D’Orso, berjudul RISE AND WALK: The Trial and Triumph of Dennis Byrd, ( Bangkit dan berjalan: Ujian dan kemenangan Dennis Byrd) diterbitkan oleh Harper Collins, dan kemudian diangkat kelayar TV dengan judul yang sama oleh sutradara Michael Dinner, tahun 1994. buku itu mengisahkan sebuah peristiwa nyata yang dialami oleh Dennis Byrd, seorang atlet tangguh dan bertalenta, serta mempunyai komitment tinggi terhadap keluarga, yaitu: istri yang beriman tangguh dan anak perempuannya. Dennis DeWayne Byrd lahir pada tanggal 5 oktober 1966 di Oklahoma City, Oklahoma, dan dia adalah pemain belakang pertahanan New York Jets dari National Football League. Dia kuliah di Universitas Tulsa, di Tulsa, Oklahoma. Dia telah bermain secara professional untuk New York Jets selama 4 musim mulai 1989. Dennis mempunyai iman yang luar biasa, tetapi pada suatu pertandingan football hidupnya berubah. Dia mengalami kelumpuhan akibat bertabrakan pada pertandingan New York Jets melawan Kansas City Chief pada tanggal 29 November 1992. Dennis Byrd bertabrakan dengan teman satu timnya, Scott Merserau, keitka bertanding melawan Kansas City Chief. Kecelakaan yang mengerikan itu telah membuat Dennis tak bisa bangun lagi karena leher dan tulang belakangnya hancur berantakan.
Dokter-dokter merasa pesimis apakah Dennis akan mengalami pemulihan dengan sempurna, akan tetapi Dennis bersikeras untuk menjalani “operasi, percobaan obat-obatan dan terapi pemulihan” di atas semua itu, Dennis dan isterinya berdoa untuk sebuah ‘mujizat’. Dan itu terjadi. Laporan mengatakan “sesudah sekian waktu berlalu dan banyak usaha keras, mereka mendapatkan mujizat itu”. Sebuah mujizat nyata di jaman modern. Sang atlet berkata bahwa: “Cinta, iman dan doa menjadi sebuah katalisator yang menggabungkan semua kekuatan untuk menciptakan mujizat”. Bagaimana seorang Dennis Byrd yang terkapar lumpuh dapat bangkit dan berjalan lagi? (baca pembahasannya dalam buku ke 3 yang akan terbit, From Ground Zero The Voice of Hope).
Adakah yang mustahil bagi Tuhan? Walaupun dokter telah menvonisnya untuk tak bisa jalan lagi, kuasa doa, iman dan cinta telah mengubah semuanya. Pada akhir minggu berikutnya, ia telah dapat menggerakan terus jari kakinya. Dua minggu kemudian Dennis mengikuti terapi fisik. Mula-mula ia tak dapat bergerak sendiri tetapi terapisnya menggerakan terus kakinya yang tak dapat bergerak agar ototnya tak rusak. Dia telah kehilangan 20 kg berat tubuhnya. Dia terus berusaha untuk memperkuat otot leher dan bahunya. Sedikit demi sedikit ia mengalami kemajuan. “Dalam dua minggu, ia telah sanggup lomba kursi roda denganku”. Kata terapisnya, Joanne Giammatta. Tahun berikutnya, Dennis Byrd telah kembali pulih dengan sempurna walaupun ia tak pernah bermain football. Bagaimana seorang Dennis Byrd yang telah terkapar di lapangan bola dan divonis dokter untuk tak bisa jalan lagi bisa bangkit? Bagaimana kemudian ia menjadi pelatih tim foot-ball di sebuah sekolah menengah Lincoln Christian School di Tulsa, Oklahoma, USA, dan namanya diabadikan di stadion football sekolah tersebut, The Dennis Byrd Stadium? Jawabannya ialah dukungan keluarga yang luar biasa.
Keluarga Yang Jadi Andalan
Dennis memang seorang yang luar biasa imannya. Dennis mengatakan bahwa kekuatannya berasal dari ayat-ayat Firman Tuhan. Ia menulis dengan tinta hitam di atas papan tulis putih dan menggantungnya di langit-langit kamarnya di Lenox Hill. Benda itulah yang dilihatnya, bersama sang isteri, pertama kali ketika ia bangun dari tidur. Tulisan di papan tulis itu diambil dari Roma 8:18: “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”. Teman dekat sekamarnya, bila ada pertandingan di luarkota, seorang kulit hitam, Washington bersaksi bahwa Dennis adalah seorang pribadi yang baik dan mengagumkan yang selalu mengucapkan kata-kata: “Aku mengasihimu”, sebelum mereka tidur. Setiap malam sebelum bertanding, dalam doa bersama, Washington menyaksikan selalu memegang ornament atau barang-barang kecil milik isterinya dan ibunya sehingga ia selalu merasa dekat dengan keluarga. Teman dekatnya berkata: “Waktu seseorang berkata ia dekat dengan keluarga dan berbuat sesuatu untuk mereka, ketika kita ada di dekatnya, itu hanyalah kata-kata saja, tetapi Dennis hidup dengan kata-kata perbuatannya. Ia hidup untuk keluarganya”.
Dalam ambulance yang membawanya ke Lenox Hill saat-saat kritis setelah kecelakaan, tanpa air mata Dennis berkata kepada isterinya Angela, bahwa ia tahu akan dapat bermain football lagi. Ia berkata bahwa yang diinginkannya hanyalah dapat memeluk isteri dan anak-anaknya lagi. Angela menjawab: “kami yang akan memelukmu”. Kepada kerumunan wartawan yang menunggu berita tentang keadaan Dennis. Angela menyampaikan kata-kata melalui sahabat keluarga: “Katakan kepada mereka bahwa Dennis merasa senang karena Tuhan memilihnya untuk mengalami kecelakaan itu karena ia mempunyai cukup kekuatan untuk menanggungnya, dan katakan kepada mereka bahwa aku senang karena Tuhan telah memilihku untuk menjadi pasangan Dennis”.
Penulis Mazmur mengatakan dalam Mz. 133:1, “alangkah baik dan indahnya bila saudara diam bersama dengan rukun. Dalam bahasa inggeris ditulis: Behold, how good and how pleasant [it is] for brethren to dwell together in unity! Melihat konteksnya Mazmur ini bersama dengan mazmur 132 dan 134 bicara tentang ibadah dalam rumah Tuhan atau Tabernakel. Dalam ibadah itu biasanya laki dan perempuan dipisahkan, makanya penulis menyebut ‘saudara’ (ach adalah saudara laki-laki) duduk bersama. Jadi laki berkelompok dengan laki-laki demikian juga sebaliknya perempuan dengan perempuan. Kata yang diterjemahkan ‘rukun’ (yachad) artinya sebuah unit atau kesatuan… Nah ini juga harus ada dalam sebuah keluarga, sebab unit kecil dari sebuah kerukunan. Pepatah mengatakan: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Apakah yang kita lihat dalam sebuah keluarga masa kini. Bukankah hanya sebuah kehancuran, percekcokan, pertengkaran, perselingkuhan, peperangan yang berkahir dengan perceraian? Jordan Brown, 11th, 20 Feb.’09, menembak mati tunangan ayahnya, Kenzie Houk yang sedang hamil 9 bln. Jordan terancam hukuman seumur hidup. Untuk melihat gambaran keluarga modern sekarang, anda tinggal putar tombol tv dan tontonlah sinetron dari pagi sampai malam. Anda akan menyaksikan apa yang saya singgung di atas. Dunia sedang menghadapi masa yang semakin sulit. Mengapa seorang model cantik, Rosluna Korshunova, yang belum genap berusia 21thn, bulan juni 2008 harus loncat dari lt 9 sebuah apartemen mewah di manhattan, New York, USA? Mengapa seorang pemuda lajang umur 19 thn, Abraham K. Biggs, bulan November 2008, harus melakukan aksi bunuh diri on-line, ditonton ribuan orang, di internet? Mengapa orang terkaya di Jerman, Adolf Merckle, 74 thn, bulan January 2009, harus bunuh diri dengan berjalan di rel menantang kereta api yang sedang berjalan? Mereka tak punya faktor pendukung yang sangat penting dalam krisis, yaitu keluarga, keluarga yang kokoh sebab berdiri di atas pengajaran Firman Tuhan. Mari kita lihat apa yang Tuhan katakan dalam Firmannya agar kita memiliki keluarga yag kokoh. Dimana letak keindahan sebuah kebersamaan dalam keluarga? Mari kita perhatikan Mz. 133:1 tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar