Selasa, 02 Juni 2009

Kebersamaan dalam Pelayanan

Visi GPIA Men’s Community (GMC) tahun 2009 adalah setiap Pria yang ada dalam pelayanan dengan lingkup pelayanan antar sesama Pria di GPIA. Visi ini dicanangkan dengan harapan setiap Pria dalam GMC boleh melayani, baik dalam keluarga, sebagai suami dan ayah, maupun di dalam GMC baik sebagai pengurus maupun sebagai jemaat Pria di GPIA. Kerinduan ini ditanamkan di dalam Doa Puasa bersama pada bulan January 2009 dan Camp Pengurus GMC pada bulan Maret 2009 dan juga dalam event-event mendatang.


Visi ini selaras dengan Visi GPIA Immanel yang dicanangkan oleh Ibu Gembala, Pdt. Dr. Hanna T. Budhi: Berkumpul untuk bersekutu, Pergi untuk memberitakan Injil. Perlu adanya kebersamaan di dalam pelayanan setiap jemaat dan pengurus GMC di dalam melaksanakan Visi ini. Karenanya dilakukan berbagai hal supaya setiap jemaat boleh terus saling memperhatikan dan mendukung satu dengan yang lainnya, baik di dalam Ibadah, hubungan interaksi sehari-hari maupun di dalam aktivitas-aktivitas lainnya.


Dalam Mazmur 133:1 dikatakan, “Sungguh alangkah baik dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”. Di dalam ayat ini berbicara mengenai kebersamaan, kerukunan (kesatuan) dengan yang lain (antar sesama), di dalam Ibadah. Hal ini juga harus ada di dalam kehidupan berkeluarga setiap Pria GPIA; kebersamaan, kerukunan dan kesatuan dalam keluarga, sehingga terikat kuat oleh Kasih Bapa. Dalam ayat 3 dikatakan, “ke sanalah Tuhan akan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya”. Tuhan bukan hanya akan memberi atau mencurahkan berkat, tetapi memerintahkan. Suatu perintah adalah sesuatu yang harus dijalani, yaitu supaya berkat, kehidupan selama-lamnya ke dalam kehidupan keluarga kita. Halleluyah….


Kebersamaan itu harus mempunyai ritme dan tujuan yang sama. Satu dengan yang lain bergerak dengan ritme dan irama serta tujuan yang sama dan seragam. Kalau yang satu bergerak dengan cepat, sedangkan yang lain bergerak dengan lambat atau yang seorang bergerak ke arah kiri, sedangkan yang lain ke kanan, maka itu bukanlah kebersamaan. Jadi perlu memiliki ritme/ tujuan atau visi yang seragam di dalam mewujudkan kebersamaan antar Pria GPIA.


Keluarga adalah unit terkecil dari Gereja. Dan disanalah pelayanan sesungguhnya bagi seorang Pria. Bagaimana dia menjadi berkat bagi istri dan Anak-anaknya, bagaimana dia memimpin keluarganya dengan Tuhan. Kalau dia bagus dan luar biasa di dalam pelayanan Gereja tetapi keluarganya berantakan, maka hal itu sama dengan percuma, bahkan bisa membawa kehancuran bagi Gereja juga.


Seorang Pria dalam rumah tangganya berperan sebagai seorang:


Imam, yaitu seseorang mediator (perantara) antara Tuhan dengan keluarganya. Seorang Pria tidak akan pernah bisa membawa Tuhan kepada keluarganya, sebelum Pria itu membawa keluarganya kepada Tuhan. Jadi dia perlu dulu membawa keluarganya di dalam doa, mezbah keluarganya kepada Tuhan, supaya Tuhan bisa hadir dalam keluarganya.


Nabi, yaitu seseorang yang mnyampaikan suara Tuhan kepada keluarganya. Dia menetapkan standar hidup keluargnya berdasarkan Firman Tuhan.


Raja, yaitu seseorang yang memerintah (govern) keluarganya, seseorang yang melindungi (guard) keluarganya dan seseorang memimpin (guide) keluarganya. Jika setiap Pria GPIA melakukan perannya dalam ketiga fungsi ini, maka keluarganya akan menjadi keluarga yang akan diberkati oleh Tuhan.


Demikian juga di dalam pelayanan di dalam komunitas Pria GPIA Immanuel, setiap Pria diberi Visi yang sama, yaitu memainkan perannya di dalam melayani sesama teman-teman Pria dengan menjadi Imam, yang membawa temanya kepada Tuhan. Menjadi Nabi, yang menyampaikan suara Tuhan kepada teman-temannya, menetapkan standar pergaulan berdasarkan Firman Tuhan dan menjadi raja, yang memimpin teman-temannya melakukan perkara-perkara benar di dalam Firman Tuhan, melindungi teman-temannya dari pergaulan-pergaulan buruk dan menuntun teman-temannya ke jalan yang benar, jalan kehidupan yang disediakan Bapa bagi setiap orang percaya.


Di bulan ini kita sedang menghayati makna pengorbanan Kristus di kayu Salib, dimana dia rela berkorban bagi sesama, bagi umat manusia dengan kematiannya…korban apa yang atau kita berikan kepada Tuhan untuk lebih memahami korbanNya di kayu salib. Sejauh apa kita miliki kerelaan bagi keluarga dan teman-teman kita, biar kita mulai mengerti Visi kita dan menerapkan di dalam pelayanan kita. Dan seperti Kristus bangkit setelah kematiannya, biarlah momentum kerelaan kita di dalam melayani boleh menjadi kebangkitan; kebangkitan bagi keluarga kita, kebangkitan bagi komunitas kita dan kebangkitan bagi Gereja kita. Selamat Paskah.. (IR).


REACH EDISI PASKAH___APRIL 2009 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar