Selasa, 02 Juni 2009

SEBERAPA KUATKAH KITA

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalani hidup ini, suka atau tidak suka, kita semua harus memilih dan setiap pilihan atau keputusan yang kita ambil, memiliki sebuah konsekuensi. Begitu juga dengan konflik, setiap hari kita akan selalu dan pasti menghadapinya, sehingga kalau kita tidak berhati-hati dalam menangani suatu konflik, maka konsekuensi yang terjadi dapat berakibat fatal. Ada sebuah contoh bagus mengenai hal ini yang terdapat dalam sebuah film berjudul “Dark Knight”. Meski contoh ini terjadi dalam sebuah film, namun saya percaya dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai atau bahkan mungkin kita sendiri mengalami hal yang sama. Ada sebuah statement menarik mengenai pilihan, yang diucapkan dalam film tersebut, yaitu: “Kita bisa mati sebagai pahlawan atau hidup panjang dan perlahan menjadi penjahat”.


Kalimat di atas diucapkan dua kali dan yang pertama kali diucapkan oleh salah seorang yang berperan sebagai jaksa pembasmi kejahatan yang tidak kenal kompromi, tegas dan seolah-olah tidak ada rasa takut. Sang Jaksa digambarkan sebagai pahlawan hidup yang ideal dan patut dijadikan teladan. Namun dalam perjalanan hidupnya, serangkaian fakta yang pahit dialaminya seperti dikhianati, cacat fisik, sampai kehilangan kekasih yang sangat dicintainya. Dia harus terus mengambil keputusan ketika diperhadapkan dengan setiap fakta tersebut dan sungguh ironis, ternyata Sang Jaksa pada bagian akhir film memilih hidup “….perlahan menjadi penjahat”.


Apa yang dapat kita pelajari dari contoh di atas? Banyak hal, salah satunya kita bisa melihat bahwa persoalan atau penderitaan yang terus menghimpit dan menjepit dapat membuat seseorang perlahan berubah dan mengambil keputusan yang salah. Dalam contoh di atas, Sang Jaksa menganggap dan merasa dunianya tidak adil dan sudah hancur. Meski pada mulanya ia juga digambarkan sebagai orang yang tidak mudah menyerah, tapi ternyata hal itu tidaklah cukup kuat untuk menangggung pernderitaan yang dialaminya. Sehingga ia mengambil keputusan untuk menjadi jahat. Hal-hal lainnya yang lebih penting untuk dipelajari adalah mengapa Sang Jaksa tidak kuat menanggung penderitaan yang dialaminya? Lalu seberapa kuatkah kita? Bagaimana kita sebagai orang percaya bersikap, agar kuat menanggung beban yang kita terima? Hal-hal inilah yang akan dibahas lebih lanjut secara singkat dalam tulisan ini.


Kalau diperhatikan contoh di atas, paling tidak ada dua alasan yang menyebabkan Sang Jaksa tidak kuat menanggung beban yang dipikulnya,


Pertama, adalah motivasi yang salah. Saya tidak tahu motivasi setiap kita, namun kalau kita melakukan dengan motivasi salah, cepat atau lambat pasti membuat kita frustasi dan depresi, dan akhirnya salah dalam mengambil keputusan. Motivasi yang benar mutlak diperlukan kita dalam mengambil setiap keputusan. Dan untuk mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan memiliki motivasi yang benar atau tidak, ujilah dalam Kol 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Dan renungkanlah Rom 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”.


Kedua, mengandalkan kekuatan sendiri. Sebagai orang percaya, kita harus menerapkan gaya hidup berserah, artinya hari lepas hari kita menyerahkan segala aspek kehidupan kita kepada Tuhan karena Dialah yang menciptakan kita dan memiliki hidup kita. Berserah bukan berarti tidak melakukan apa-apa, tetapi kita terus berdoa agar Roh Kudus yang memimpin hidup kita karena di luar Tuhan, kita bukan siapa-siapa dan tidak dapat melakukan apa-apa, tetapi kalau kita berserah penuh kepada Tuhan Yesus maka “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). Wew dahsyat sekali.


Jadi sebenarnya di luar Tuhan, kita tidak mempunyai kekuatan yang sejati. Kekuatan yang sejati ada di dalam Tuhan dan ketika kita berserah penuh, maka Tuhan yang ada dalam diri kita dan menguasai hidup kita. Dia yang akan bekerja bahkan berperang bagi kita. Kalau kita mengerti kebenaran ini, khususnya dalam pelayanan, maka ajakan Paulus pada 2Tim 2:3 “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus (ayat 1). Akhirnya, kita yang disebut sebagai umat lebih dari pemenang, tidak cukup hanya memiliki karakter tidak mudah menyerah, namun kita harus memiliki karakter tidak pernah menyerah, seperti ada satu ungkapan “the winner never quit, the quitters never win”.


Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin (AT).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar