Selasa, 02 Juni 2009

Tingkat prioritas

Tingkat prioritas dari sesuatu dapat diukur dengan berapa banyak waktu yang rela Anda habiskan untuknya. Lebih banyak waktu yang Anda berikan untuk sesuatu, lebih jelas Anda menyatakan betapa pentingnya dan berharganya sesuatu itu bagi Anda. Jadi jika Anda ingin mengetahui skala prioritas sesorang, lihatlah bagaimana ia memanfaatkan waktunya.


Waktu adalah hadiah kehidupan yang paling berharga karena Anda hanya memilikinya dalam jumlah yang terbatas. Anda bisa membuat lebih banyak uang, tapi Anda tidak bisa membuat lebih banyak waktu. Ketika Anda memberikan sesorang waktu Anda, maka Anda memberikan orang itu sebagian dari kehidupan Anda yang tidak bisa Anda dapatkan kembali. Waktu Anda adalah kehidupan Anda. Itulah mengapa hadiah terbesar yang bisa Anda berikan kepada seseorang adalah waktu Anda.


Apakah Anda pernah mendengar cerita seseorang anak rela menguras tabungannya untuk diberikannya kepada ayahnya agar ayahnya itu mau meluangkan waktunya yang mahal untuknya. Ceritanya kira-kira begini:


Seorang ayah yang capai dari kantor pulang ke rumah. Anaknya yang kecil menyambutnya dengan pertanyaan yang membuatnya sedikit marah.

Anak: “Ayah, berpa sih gaji ayah 1 jamnya?”

Ayah: “Itu bukan urusanmu, kenapa sih kamu mau tahu hal itu?”

Anak: “Aku hanya ingin tahu, kasih tahu dong berapa gaji ayah 1 jamnya?”

Ayah: “Gajiku 1 jamnya Rp. 50.000”

Anak: “Oh, kalau gitu boleh nggak aku pinjam Rp. 30.000?”

Ayahnya marah: “Untuk apa? Kalau kamu mau pinjam uang itu untuk beli mainan lagi maka lebih baik kamu tidur sekarang juga,”


Si anak dengan sedih masuk ke kamar tidurnya dan menguncinya. Ayahnya yang masih kesal dengan pertanyaan anaknya mulai memikirkan pertanyaan yang tidak biasanya itu. Akhirnya sang ayah memutuskan untuk memberikan Rp. 30.000 itu kepada anaknya.

Ayah: “Anakku kamu sudah tidur?”

Anak: “Belum ayah”

Ayah: “Buka pintunya, ayah ingin bicara”

Si anak membuka pintu kamarnya dan sang ayah berkata: “Maafkan tadi ayah begitu keras kepadamu, tadi ayah sedang capai. Ini uang Rp. 30.000 yang mau kau pinjam”.

Anak: “Terima kasih ayah!”

Si anak lalu mengambil tumpukan uang ribuan yang lusuh dari balik bantalnya. Sang ayah marah melihat anaknya yang ternyata punya sejumlah uang tapi masih mau pinjam uang Rp. 30.000 darinya: “Mengapa kamu masih mau meminjam uang dari ayah padahal kamu sudah punya sejumlah uang?”

Anak: “Uangku kurang ayah. Aku hanya punya Rp. 20.000 dengan pinjaman Rp.30.000 dari ayah sekarang aku punya uang cukup untuk mendapatkan 1 jam ayah. Ini uang Rp. 50.000 untuk gaji ayah 1 jam dan mohon besok pulang lebih awal 1 jam, aku mau makan malam bersama ayah.”


Moral dari cerita ini adalah sebuah peringatan bagi Anda yang terlalu sibuk bagi perkerjaan Anda ketimbang keluarga Anda. Kita tidak boleh membiarkan waktu berlalu begitu saja dari hadapan kita tanpa meluangkan dengan orang-orang yang berarti bagi kita, mereka dekat dengan hati kita. Jika kita meninggal besok, perusahaan tempat kita bekerja atau bisnis kita akan mendapatkan penggantinya dalam waktu beberapa hari saja. Akan tetapi, keluarga yang kita tinggalkan akan merasa kehilangan untuk selamanya.


Jika anda bertanya kapan waktu terbaik untuk mulai mengekspresikan cinta kepada keluarga Anda, maka jawabannya adalah sekarang juga. Mengapa sekarang adalah waktu terbaik untuk mengekspresikan cinta kepada keluarga? Karena Anda tidak tahu seberapa lama lagi Anda memiliki peluang untuk melakukannya. Jadi jika Anda ingin mengekspresikan cinta Anda kepada keluarga Anda, lakukan sekarang juga selagi Anda bisa dan masih punya kesempatan.


Saya sudah enam tahun ini memaksa diri saya tidak membawa pekerjaan pulang ke rumah. Di sela-sela kesibukan bisnis saya, saya minimal memastikan 2 dari 5 hari kerja saya selama seminggu berakhir dengan makan malam bersama di rumah. Hari Sabtu dan Minggu hampir selalu saya habiskan bersama keluarga dari pagi sampai malam. Setiap hari saya pastikan untuk duduk bersama anak-anak saya membahas pelajaran yang di dapatkan di sekolahnya dan mengajarinya mengerjakan pekerjaan rumah yang sukar. Setiap malam Sabtu dan malam Minggu (karena keesokan harinya libur) dengan senang hati saya dan istri menghabiskan malam dengan tidur bersama-sama anak-anak kami di kamar tidur kami sambil berpelukan sampai pagi.


Hidup akan bisa sangat menyenangkan ketika kita belajar untuk menyeimbangkan pekerjaan kita dan kehidupan kita . meski terlihat sulit untuk melakukannya, di dalam kenyataannya tidaklah terlalu sulit. Itu hanya butuh sebuah keinginan kuat Anda untuk menelaahnya, dan Anda akan terkejut bagaimana setelah Anda menyadari masalah yang sebenarnya Anda lalui dapat merubah perspektif dan perilaku kehidupan Anda sehari-hari. Ambil kembali kehidupan keluarga Anda yang terbenam di dalam karir Anda. Karir Anda adalah bagian dari kehidupan keluarga Anda, bukan sebaliknya. Pahamilah perbedaannya dan jadilah kepala keluarga yang menempatkan kehidupan keluarga di atas karir maka Tuhan akan memberkati Anda sekeluarga sekaligus karir Anda. Sukses! (TJANDRA TEDJA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar