Rabu, 22 Juli 2009

MENGENANG MAMA…

(by. Yolanda A.)

Aku tak pernah membayangkan bahwa Bandung akan menjadi kota kenangan seumur hidupku…

Tanggal 27 November 2008, aku mengantar Mama ke bandung. Tanggal 1 Desember, aku pulang ke Surabaya. Tiba di Surabaya, Mama mengirimkan SMS dan mengabarkan bahwa besok ia akan pulang ke Surabaya. Aku membalas SMS itu dan berkata aku akan menjemputnya di bandara.

Esok pagi, aku terima SMS dari Mama yang berbunyi: Mama stroke. Bagai disambar petir, aku segera menelpon Mama. Dengan suara cedal, Mama mencoba untuk berkomunikasi denganku. Aku memutuskan segera berangkat ke bandung sekaligus mengabarkan keadaan Mama pada adik bungsuku.

Aku berusaha tenang dan segera menuju bandara. Adikku yang tinggal di Bandung mengabarkan bahwa ia tidak mempunyai uang. Aku mengirimkan uang ke rekeningnya agar Mama cepat mendapat perawatan medis. Aku terus mendapat informasi. Mama sudah di UGD. Pembuluh darah otak sebelah kanan, pecah. Jika tidak membaik, dalam waktu 5 hari, maka Mama akan dioperasi. Aku tiba di rumah sakit sekitar setengah enam sore. Mama masih di UGD. Saat itu, Mama masih bisa berkomunikasi. Katanya, dialah yang mengirimkan SMS kepadaku tadi pagi.

Besok, adik bungsuku dating ke Bandung. Mama masih bisa berkomunikasi dengan baik. Tanggal 4 Desember, kami mendapat kabar bahwa Mama tetap harus dioperasi karena pendarahan di otak Mama semakin melebar. Kerabat dan temanku menyarankan untuk segera operasi. Aku cukup resah karena aku tidak ada dana.untuk operasi Mama. Petugas menyatakan biaya operasi mencapai puluhan juta dan harus disetor sedikitnya 50 persen. Dengan hikmat Tuhan, aku katakan dana yang kumiliki tidak sampai separonya. Tapi aku berjanji akan segera melunasinya besok pagi. Puji Tuhan, petugas tersebut menyetujuinya. Tuhan pun tidak tinggal diam. Dana puluhan juta tertransfer ke rekeningku dari keluargaku. Jadi aku bisa membayar sesuai dengan janjiku.

Namun, esok hari, operasi tidak segera dilakukan karena suhu badan Mama tinggi. Operasi baru dilakukan sekitar jam 8 malam. Dokter menargetkan operasi berjalan 4 jam. Tapi baru sekitar jam setengah tiga pagi operasi selesai. Pendarahan di otak Mama bisa di ambil 40-50 cc saja sedang sisanya sudah ke daerah thalamus dan tidak memungkinkan untuk diambil. Saat tempurung kepala dibuka, keadaan otak Mama bisa dikatakan tidak berdenyut lagi dan sudah seperti bubur. Tempurung kepala pun tidak dapat dipasang lagi. Dokter bilang: jika mama dapat bertahan 7 hari di CCU, artinya mama selamat. Jangan bertanya jika sembuh seperti apa. Untuk bisa bertahan hidup aja memerlukan perjuangan. Kalaupun sembuh, nanti cacat. Beberapa menit setelah penjelasan dokter tersebut, aku benar-benar lemas. Aku pingsan…

Puji Tuhan. Hari berlalu dengan keadaan mama yang semakin membaik. Walau setiap hari menanti di depan ICU, tidur dengan keadaan seadanya, aku sangat senang dengan kondisi mama yang membaik. Puji Tuhan!

Tanggal 9 Desember, kondisi Mama sempat drop. Setelah disuntik, Mama membaik. Esoknya, Mama harus operasi lagi di daerah leher karena daerah itu terdapat banyak CO2 . sekali lagi, Tuhan menyediakan dananya. Mama berangsur membaik sehingga dokter memtuskan untuk mengizinkan Mama pualng ke Surabaya tanggal 23 Desember 2008. Puji Tuhan…tapi untuk bisa mengeluarkan Mama dari ruang ICU, aku harus membayar semua biaya. Entah bagaimana, dana itu ada lagi.

Tanggal 19 Desember, Mama dipindah dari ICU ke ruang isolasi. Aku senang karena bisa menunggu Mama di dalam kamar. Aku bisa dekat dengan Mama. Aku bisa pulang ke Surabaya dengan Mama. Meski aku sempat bingung juga darimana uang untuk bayar pesawat; darimana uang untuk berobat lanjut di Surabaya. Tapi aku percaya, pasti ada jalan keluar.

Mama benar-benar membaik. Bahkan dokter dari pihak penerbangan pun menyatakan Mama layak terbang dan kondisinya baik. Aku pun mulai menghitung hari dan mempersiapkan kepulangan kami ke Surabaya. Dini hari, 20 Desember, aku melihat ada yang aneh pada kondisi Mama. Ternyata Mama tidak sadarkan diri. Mama koma. Aku sedih bukan main. Aku sedih bukan main. Aku langsung down.

Mama muntah. Aku makin panic. Aku sudah tidak tega melihat keadaan Mama. Tapi dokter juga tidak mengambil tindakan medis apa pun. Aku berupaya mengejar dokter internis yang merawat Mama tapi tidak berhasil. Tuhan…. Tolong Mama… seorang diri, aku berjuang menyaksikan Mama berjuang melawan sakitnya. Aku tidak tega melihat Mama.. Tuhan, tolong…

Tak lama, adikku datang. Tapi dia pun tak dapat berbuat apa-apa. Dokter yang berjuang membantu Mama meminya adikku untuk menandatangani surat untuk kembali ke ruang CCU karena peralatan di sana lebih memadai untuk menolong Mama yang kata dokter jaga sudah tidak dapat bernafas.

Sembari berlari, kami mendorong ranjang Mama ke CCU. Kondisi Mama terus memburuk. Jantung Mama sudah tidak dapat memompa lagi. Otaknya masih bagus. Operasi otaknya ternyata berhasil. Tapi aku tdiak tahu apa yang jadi penyebab memburuknya kondisi Mama. Tak seorang pun memberikan penjelasan tentang itu. Namun satu yang harus kutanamkan dihatiku, rencana Tuhan yang terbaik.

Tanggal 21 Desember 2008, jam setengah 8 malam, Mama sudah tidak kuasa melawan penyakitnya. Kuiringi pujian “Terima kasih Tuhan..” kami sekeluarga merelakan Mama. Semua grafik pada monitor menjadi lurus.. Mama meniggal dengan wajah yang begitu tenang. Malam itu kami pun harus segera melunasi biaya yang sudah terhutang dan segera membawa jenazah Mama ke Surabaya. Puji Tuhan, ada yang bersedia meminjamkan dana tersebut.

Seusai pemakaman selesai, kami pun melunasinya dengan dana pinjaman. Tapi aku yakin suatu saat kelak, kami akan dapat melunasinya, Tuhan tidak akan mempermalukan anak-anak-Nya. Puji Tuhan, aku mendapat kesempatan buat menemani Mama selama di bandung. Sekian lamanya aku cuti dan tidak bekerja, aku tetap menerima gaji dan hingga hari ini Tuhan tetep memliharaku walau aku sudah tidak memiliki orang tua lagi. Praise The Lord! Belum genap 2 bulan Mama meninggal, kami dapat melunasi semua dana pinjaman tersebut. Jesus is so greatttttt !!!.. praise The Lord !! Glory The Lord (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar