Rabu, 22 Juli 2009

MENJADI MEMPELAI KRISTUS

Sebuah lirik lagu dari Steve Kuban berbunyi, “Aku rindu menjadi pengantin wanita yang berpakaian putih bersih tanpa cacat pada saat kedatanganMu”. Sesungguhnya ini jugalah yang menjadi kerinduan Tuhan Yesus, yaitu menempatkan kita sebagai jemaat yang kudus dan tidak bercacat cela di hadapanNya.

Kekudusan merupakan syarat untuk dapat melihat Tuhan. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak ada seorang pun akan melihat Tuhan”. (Ibr. 12:14). Secara status, orang percaya adalah orang-orang kudus, karena kita sudah dikuduskan oleh darah Yesus melalui pengorbananNya, namun kita sendiri harus menyelaraskan hidup kita dengan status kudus itu dengan cara memelihara sikap hidup kita. Terlibat dalam kegiatan kerohanian tidak menjadi jaminan bahwa kita sudah memelihara kekudusan hidup, karena kekudusan berbicara tentang sikap hati dan tindakan hidup setiap hari. Tiga hal berikut ini bisa menjadi parameter untuk mengetahui seberapa besar usaha kita di dalam menjaga kekudusan hidup setiap hari:

Apakah kita mengizinkan pikiran-pikiran negative menguasai kita? Pikiran merupakan salah satu “lahan” subur bagi iblis untuk menanamkan pengaruh serta keinginannya. Tanpa sepengetahuan orang-orang di sekitar kita, kita dapat berpikiran kotor, berpikir yang bukan-bukan dan curiga terhadap orang lain atau bahkan merencanakan suatu kejahatan yang akan merugikan sesame. Jika kita masih membiarkan pikiran-pikiran seperti ini, berarti kita tidak seungguh-sungguh berusaha untuk hidup di dalam kekudusan.

Apakah isi pembicaraan-pembicaraan kita setiap hari? Mulut merupakan salah satu anggota tubuh yang mudah menjatuhkan kita ke dalam dosa. Amsal menuliskan, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi”. (Amsal 10:19). Apakah isi pembicaraan kita setiap harinya? “membantai” seseorang dengan cara membicarakan kekurangannya serta menghakiminya? Bergosip dan menyebarkan fitnah hany sekedar membuat pertemuan menjadi seru? Jika kita berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidup, awasilah mulut kita.

Apakah sikap dan tindakan kita cukup membangun? Orang yang menjaga kesucian hidupnya, juga akan menjaga sikap serta tindakannya. Kakinya tidak akan terburu-buru lari menuju kejahatan, tangannya tidak akan dengan mudah mengerjakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan, kata-katanya selalu membangun dan tidak melukai hati, bersikap jujur dan dapat dipercaya dalam segala hal.

Jadilah memperlai yang tidak bercacat ketika Yesus datang, dengan berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidup setiap hari. ** (Manna Sorgawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar