2 Timotius 3:1-9
Adik ipar saya laki-laki tinggal bersama saya. Setiap hari saya selalu mempersiapkan sarapan paginya dan suami saya serta bekal makan siang yang akan mereka bawa. Saya sering membelikan buah kesukaannya. Bahkan sebelum ada pembantu, saya mencuci bajunya dan membersihkan tempat tidur serta mengganti sepreinya. Minggu-minggu pertama tinggal bersama saya, ia masih pamit saat pergi bekerja atau makan. Namun setelah itu, ia sama sekali tidak pamit jika ia pergi atau makan. Saya menyuruh pembantu saya mengepel pakai tangan, ia malah melarang dan menyuruh pembantu saya ngepel pakai sapu pel. Katanya, “Bilang saya yang nyuruh kalo nonik nanya!” yang punya rumah saya, yang bayar pembantu saya, yang ngasih makannya di saya, tapi dia menjadi bos dalam rumah saya.
Wanita, adik ipar saya telah bekerja, ia punya penghasilan. Saya tidak pernah keberatan meskipun ia tidak mengeluarkan sepeserpun uangnya untuk kebutuhan dapur. Masalahnya adalah ia tidak menghargai saya. Namun saya bersyukur karena Roh Tuhan masih memimpin saya dan mencoba bertahan menghadapi ipar yang tidak tahu diri seperti dia. Tetapi, Tuhan kita lebih sabar lagi menghadapi sikap kita yang sangat keluar batas. Bukan hanya tidka tahu diri, tetapi cenderung kurang ajar. Kita menerima kasih-Nya, tetapi kita tidak mengasihi Dia dan sesama. Ia selalu memuji kita, namun kita menghina DIa dan sesama kita. Inilah keadaan manusia saat ini dan semoga tidak ada satu pun dari kita yang hidup seperti ini di hadapan-Nya. Hiduplah sesuai dengan kasih-Nya. Sadarilah bahwa tanpa Tuhan dan kasih-Nya, kita tidak akan beroleh keselamatan. (jld)
AGUSTUS 19 RABU
“tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik”, (2 Timotius 3:3)
Doa:
Tuhan, sadarkan aku untuk selalu hidup dalam kasih dan kebenaran-Mu
Bacaan Alkitab:
Ul 34, Pengkh. 10-12, Fil 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar