Secara umum, setiap individu mempunyai sahabat.
SAHABAT dapat diartikan sebagai berikut:
S= setia, dalam arti selalu ‘siap’ dihubungi ketika sahabat memerlukannya dalam keadaan suka dan duka
A= akrab, dalam arti merasa nyaman ketika berbicara dengan sahabat
H= hormat, dalam arti menghormati setiap pendapat dan pandangan sahabatnya
A= asertif, dalam arti ‘berani’ mengatakan ‘ya’ atau pun ‘tidak’ sesuai dengan kata hati nuraninya.
B= bijaksana, dalam arti mampu berpikir terlebih dahulu sebelum memberikan pendapat (tidak berperan sebagai provokator)
A= adil, dalam arti memberi perhatian kepada diri sendiri dan sahabat secara seimbang
T= terbuka, dapat menceritakan perasaan-perasaan positif dan negative kepada sahabat.
Kita dapat mengevaluasi apakah jenis persahabatan yang selama ini kita jalin tergolong ‘sehat’ atau ‘sakit’? jika dalam menjalin persahabatan, kita dituntut untuk lebih meluangkan waktu untuk sahabat kita dibandingkan sahabat kita meluangkan waktu bagi kita; lebih mendengarkannya dibandingkan kita didengarkan; kita lebih sering disalahkan dibandingkan kita diberi solusi ketika kita menceritakan kagagalan kita kepada sahabat; kita tidak berani mengatakan ketidaksetujuan kita terhadap pendapatnya karena takut menyakiti hatinya; dan kita pun takut menceritakan permasalahan kita karena takut memberi beban kepada dirinya atau justru sahabat kita akan menceritakan permasalahan kita kepada orang lain; maka jenis persahabatan kita tergolong yang ‘sakit’.
Jika dalam menjaliin persahabatan, kita merasa nyaman bercerita mengenai masalah yang kita hadapi kepada sahabat kita, demikian juga sahabat kita, demikian juga sahabat kita mampu menceritakan setiap permasalahan kepada kita; kita berani secara terus terang mengatakan bahwa apa yang dilakukan sahabat kita kurang tepat, demikian juga sahabat kita berani menegur kita jika kita berbuat salah; dengan perkataan lain, kita dan sahabat dapat menerima kelebihan dan kelemahan sebagaimana apa adanya; maka jenis persahabatan kita tergolong ‘sehat’.
Apakah hubungan persahabatan kita tergolong ‘sehat’ atau ‘sakit’? mari kita mengevaluasinya dan jika ternyata hubungannya bersifat ‘sehat’, maka kita dapat mempertahankan persahabatan kita. Sebaliknya, jika persahabatan kita tergolong ‘sakit’, maka kita dapat memperbaikinya dengan mengkomunikasikannya kepada sahabat kita; atau jika tidak mungkin diperbaiki, maka kita dapat mempertimbangkan apakah persahabatan tersebut perlu dilanjutkan atau tidak. Seperti yang tertulis dalam Amsal 18:24 “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara”. Mengapa kita perlu melanjutkan persahabatan, jika justru dapat mendatangkan ‘kerugian’ kepada kita? Selamat menjalin persahabatan yang ‘sehat’. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Ditulis oleh Srisiuni Sugoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar