Kejadian 2:18
Menjadi penolong bukanlah hal menyenangkan dan terkadang terasa begitu berat. Si penolong tentu saja harus lebih kuat dan tangguh dari yang ditolong. Dalam hal ini istri ditetapkan Tuhan sebagai penolong bagi suami. Posisi itu terkadang membuatku tidak nyaman karena aku merasa menjadi korban dan suami tidak peduli dengan apa yang kurasakan. Apalagi jika kami mulai berbeda pendapat dan aku merasa lebih benar disbanding dia. Sering aku merasa lelah secara emosi karena seolah harus terus memahami suamiku.
Tetapi ketika aku bersimpuh di kaki-Nya dan mengeluarkan isi hatiku, Tuhan menegurku denganlembut bahwa sikap hatiku tidak lurus. Aku bukan menjadi penolong yang sepadan tetapi penolong yang merongrong dengan sikapku yang tidak menghormati suami, keras kepala dan merasa benar. Tuhan mengingatkanku bahwa aku adalah penolong bagi suamiku. Posisi itu baik adanya. Dan jika Tuhan telah tetapkan itu, tenttu saja Ia memberi kekuatan dan kesanggupan untuk melakukan peran sebagai penolong. Suami tidak akan menjadi maksimal dalam hidupnya jika sebagai penolong aku – istrinya – tidak menjalankan fungsinya dengan benar. Aku juga menjadi penolong bagi anak-anakku, juga bagi orang-orang di sekitarku. Aku mohon ampun kepada Tuhan. Peran itu adalah suatu kehormatan yang Tuhan berikan kepada kita para wanita.
Wanita, janganlah kita menjadi mandul dengan fungsi kita sebagai penolong baik bagi suami, bagi anak-anak maupun bagi sesame kita. Selamat menolong. (YS)
JULI 16 KAMIS
Tuhan Allah berfirman “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. (kejadian 2:18)
Doa:
Bapa, berikan kepadaku hati seorang penolong seperti hati-MU dalam melakukan peranku sebagai seorang wanita bagi orang-orang yang Kau kirim dalam hidupku.
Terima kasih Bapa.
Bacaan Alkitab:
Bil 34-35, Mzm 1470148, 1 Kor 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar