Rabu, 26 Agustus 2009

“MENJADI WANITA YANG LUAR BIASA, BERHARGA DAN MAHAL”


Nindy Ellesse Laoh, wanita yang lahir pada tanggal 16 April 1967 ini adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara. Ia mengatakan, dari kecil suka sekali menyanyi. “Saat masih kecil saya senang menyanyi, tetapi nggak pernah bermimpi menjadi penyanyi”, demikian kata penyuka warna hitam dan ungu ini.

Nindy lahir di ambon. Namun, saat berusia 3 bulan ia pindah ke Jakarta bersama orang tuanya. “Ketika saya berusia 12 tahun, orang tua saya bercerai dan ibu menikah lagi. Banyak kekecewaan saya pada orang tua, sehingga saya menjadi anak yang suka memberontak. Kami hidup sangat miskin sehingga ketika kelas 2 SMA, saya harus dititipkan di rumah tante saya di Berland, matraman. Sementara adik-adik mengikuti ibu pulang ke Ambon. Di tahun 1985, saya bertemu dengan bapak Otje Picanusa yang mengorbitkan saya menjadi seorang penyanyi, cerita istri Willem Frederik Laoh ini.

Selama 10 tahun berkecimpung di dunia tarik suara dan keartisan, pada bulan Oktober 1995 Nindy mengalami pertobatan di sebuah persekutuan doa. “Saya datang ke sana bukan untuk mencari Tuhan, tetapi ingin menemani teman saya, saat itu saya mendengarkan pujian-pujian dan kesaksian yang menjamah hati saya ditambah lagi Firman yang luar biasa yang disampaikan oleh hamba-Nya, bapak Jeffrey Rachmat. Ketika altar call untuk menerima Yesus sebagai Tuhan, saya meresponinya. Saya maju dan didoakan oleh bapak Jeffrey. Saat itulah saya lahir baru dan juru selamat pribadi di dalam kehidupan saya”, katanya mengenang kembali kisah pertobatannya.

Dalam perjalanan kekristenan, Nindy mengaku sering jatuh bangun. Yang ia rasakan di antaranya, masalah keuangan, pembentukan karakter, masalah hubungan dengan keluarga maupun dengan keluarga maupun dengan teman-teman di dalam pelayanan dan lain-lain. “tetapi satu hal yang saya pegang bahwa Tuhan yang saya sembah adalah Tuhan yang berkuasa dan ajaib. Jika saya dulu tidak setia saja, Ia tetap setia apalagi pada saat kita sungguh-sungguh pegang janji-Nya, Dia pasti menolong saya. Memang Tuhan selalu menolong sehingga saya mengalami hal-hal yang indah bersama Tuhan”, katanya.

Tentang keberadaan dirinya, Nindy mengatakan dulu ia pernah merasa tidak puas. “Saya sering melihat hidup saya dari kacamata yang sangat sempit. Gampang putus asa dan berkali-kali mencoba bunuh diri namun tidak berhasil. Sekarang saya melihat diri saya sebagai orang yang dikasihi Tuhan dan memiliki harga yang sangat mahal karena saya dibeli dengan darah Kristus sendiri. Saya harus, melihat diri saya seperti Tuhan memandang saya yaitu: berharga dan mahal”, ujar penggemar makanan jepang dan korea ini.

Di awal pelayanannya, Nindy harus menghadapi banyak tantangan. “Namun saya selalu memegang janji Tuhan dan saya selalu memegang janji Tuhan dan saya selalu berpikir adalah suatu Kasih Karunia kalau saya bisa diselamatkan dan melayani Tuhan. Dengan pemikiran seperti itu, jika ada banyak kekecewaan yang saya alami saya tetap bertahan karena Kasih Tuhan di dalam hidup saya yang tidak bisa saya gantikan dengan apa pun juga. Saya percaya rancangan-Nya selalu indah bagi saya sehingga saya selalu menjalani kehidupan dengan penuh ucapan syukur”, paparnya.

Saat ini, Nindy melayani Tuhan di Jakarta Praise Community Church (JPCC), True worshipper (TW), Artis fellowship ‘Inside Out’-sebuah wadah persekutuan teman-teman yang berprofesi artis, Women fellowship the Bride-sebuah persekutuan wanita, Supit ministry, dan juga Yeshudaas ministry. Nindy mengatakan keterlibatannya di True Worshipper bermula saat tahun 1996. waktu itu, dia ditugaskan oleh Pastor Jeffrey membuat album rohani bersama Franky Sihombing (VOG). “Saat itulah terbentuknya album True Worshipper, yang akhirnya Tuhan tambahkan orang-orang yang sangat bertalenta sampai sekarang. Saya hanya menjadi pembuka jalan saja. Sekarang TW telah ditangani dengan sangat professional”, tegasnya.

Bagi seorang Nindy, Tuhan adalah pribadi yang paling berharga, “Ia adalah segala-galanya. Dia bisa menjadi apa saja yang saya butuhkan. Saat saya mengalami kesedihan, Tuhan yang menghibur saya. Saat saya lemah, Dia berikan kekuatan. Saat saya sedang dalam kekuatiran dan ketakutan, Dia menjadi Tuhan yang memberikan iman dan pengharapan. Pada saat saya jatuh, Dia menjadi Tuhan yang membangkitkan saya dan menerima saya kembali dengan kasihNya. Dia bisa menjadi apa saja yang saya butuhkan di dalam hidup saya”, kata pemilik motto “Don’t give up only believe!” ini.

Sementara itu, selain Tuhan. Nindy sangat bersyukur ada orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya. Di antaranya adalah orang tuanya, Pastor Jeffrey Rachmat, Pastor Jose Carol, Pastor Tony Rachmat dan tentu saja suami tercintanya, Willem F.Laoh.

Nindy mengaku, dalam menjalani kehidupan berumah tangga, dia harus menghadapi banyak tantangan, “Di dalam membangun hubungan dengan suami sampai sekarang, kami masih terus belajar, diproses dan menyesuaikan satu sama lain, bersama dengan Tuhan”, jelasnya.

Nindy mengatakan seorang wanita Allah harus seperti permata, prajurit, memiliki otoritas sebagai pemimpin dan penolong di dalam rumah tangga mapun sebagai istri. Selain itu juga lemah lembut, murah hati, tulus namun pintar (cerdik). “Wanita Allah harus menjadi luar biasa dibandingkan dengan wanita yang ada di dunia ini”, kata wanita yang suka disayang, menerima berkat dan jalan-jalan ini. (JJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar